Dikritik Jokowi, Alat Kesehatan Masih Impor karena Bahan Baku Terbatas

ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/aww.
Sejumlah petugas memindahkan kardus yang berisi alat kesehatan untuk penanganan COVID-19 dari Shanghai, China yang diangkut pesawat C-130 Hercules TNI AU dari Skadron Udara 32 Wing Udara 2 Lanud Abdulrachman Saleh Malang setibanya di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Senin (23/3/2020). Bantuan alat kesehatan untuk penanganan COVID-19 dari Shanghai, China tersebut terdiri dari disposable mask, masker N95, alat pelindung diri, kacamata pelindung, sarung tangan, pelindung sepatu, hingga termometer infrared.
Penulis: Rizky Alika
Editor: Lavinda
8/4/2022, 20.59 WIB

Presiden Joko Widodo menyoroti instansi yang masih membelanjakan anggaran untuk impor, salah satunya Kementerian Kesehatan (Kemenkes).

Menanggapi hal itu, Dirjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kemenkes Lucia Rizka Andalusia menjelaskan, alat kesehatan nasional masih belum mandiri karena sejumlah alasan, salah satunya keterbatasan bahan baku.

"Bahan baku dalam negeri perlu kita terus tingkatkan," kata Lucia dalam diskusi daring, Jumat (8/4).

Permasalahan lainnya, menurut dia, industri hulu masih belum memadai. Sebagai contoh, industri logam dan karet yang diperlukan sebagai bahan baku alat kesehatan masih memerlukan pembinaan. Adapun, pembinaan tengah dilakukan oleh Kementerian Perindustrian.

Tak hanya itu, laboratorium uji alat kesehatan masih terbatas di Tanah Air. Untuk itu, pihaknya akan menambah laboratorium rujukan guna meningkatkan mutu alat kesehatan.

Di sisi lain, impor alat kesehatan masih dilakukan lantaran ekosistem investasi belum terbentuk. Untuk itu, Kementerian Koordinator Bidang Maritim dan Investasi akan mengutamakan investasi yang melakukan transfer teknologi di dalam negeri.

Rizka menilai, kerja sama antar kementerian/lembaga menjadi penting. "Kerja sama terus kita tingkatkan," katanya.

Dalam jangka pendek dan menengah, Kemenkes telah menyusun peta jalan potensi investasi dan pengembangan alat kesehatan. Pihaknya pun mencatat alat kesehatan yang sudah bisa diproduksi dalam negeri.

"Ini kami dorong penggunaannya dalam pelayanan kesehatan," ujar dia.

Dari 19 jenis alat kesehatan yang paling banyak ditransaksikan, 16 produk sudah mampu diproduksi dalam negeri. Sementara, tiga jenis alat kesehatan masih impor, seperti computed tomography x-ray system, endoscope and accessories, dan magnetic resonance diagnostic device.

Rizka mengatakan, sebagian besar alat kesehatan itu memerlukan teknologi tinggi. Untuk itu, perlu waktu untuk melakukan transfer teknologi.

Pihaknya terus berupaya melakukan transfer teknologi serta meningkatkan produksi bahan baku. Saat ini, sejumlah komponen bahan baku juga masih diimpor.

"Ke depan kami harap dapat produksi dalam negeri," katanya.

Sebagai informasi, data Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) tahun anggaran 2021 menunjukkan nilai barang yang diimpor mencapai triliunan. Produk yang paling banyak diimpor pada tahun lalu ialah alat kesehatan senilai Rp 13,64 triliun.

Jumlah impor terbanyak berikutnya disusul oleh peralatan elektronik perkantoran dan peralatan pendukung sebesar Rp 3,53 triliun dan kebutuhan obat tahun 2020 senilai Rp 1,9 triliun.

Reporter: Rizky Alika