Di tengah ramai dukungan terhadap dosen Universitas Indonesia (UI) Ade Armando, yang mengalami penganiayaan di tengah-tengah demonstrasi mahasiswa di depan gerbang Gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Muncul beragam spekulasi mengenai peristiwa tersebut sebagai sebuah rekayasa.
Spekulasi ini muncul dalam berbagai percakapan di Twitter, yang memunculkan narasi seolah-olah penganiayaan terhadap Ketua Pergerakan Indonesia untuk Semua (PIS), sudah dirancang sebelumnya sebagai bentuk pengalihan isu terhadap tuntutan yang disampaikan mahasiswa.
Bahkan akun @vandinnie sampai-sampai mengungkit mengenai warna pakaian dan sepatu yang digunakan beberapa penganiaya memiliki ciri serupa, serba hitam.
Menanggapi narasi di media sosial ini, Anggota Dewan Pengawas PIS, Harkristuti Harkrisnowo mengecam publik yang menyebutnya sebagai sebuah rekayasa.
"Upaya Rekayasa? Menurut saya ini sangat ridiculous. AA (Ade Armando) adalah seorang dosen senior yang sudah punya asam garam. Apakah ada yang mau menjadi korban sehingga masuk ICU dengan banyak jahitan di kepala?" Ucap Harkristuti kepada Katadata, Selasa (12/4).
Harkristuti juga mengecam aksi penganiayaan terhadap Ade Armando dengan menyebutnya sebagai "kebrutalan kelompok".
Menurutnya, rekayasa sedemikian rupa tidak mungkin dilakukan. "Apakah anggota polisi juga mau mengorbankan diri? Mahasiswa, di sisi lain, adalah kaum intelektual muda yang tidak mudah dibelokkan pikirannya. Dan pula mereka sudah selesai orasi saat kejadian."
Tak hanya isu rekayasa, ada juga yang menyebutkan ajakan untuk melakukan penganiayaan berawal dari sebuah grup WhatsApp. Di dalam grup tersebut terdapat nama Ari Supit, yang disebut-sebut sebagai anggota tim khusus kepresidenan, sepeti cuitan akun Twitter @AnakLolina2,.
Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko memberikan penjelasan mengenai posisi Ari Supit di lingkaran Istana.
"Saat ini, nama tersebut tidak tercatat menjadi staf di KSP maupun Staf Khusus Presiden RI," kata Moeldoko, Selasa (12/4).
Menurutnya, Ari Supit memang pernah menjadi pembantu asisten Staf Khusus Presiden pada 2016. Tetapi ia diberhentikan dari posisi tersebut pada 2019 lalu.
Sebelumnya, Sekretaris PIS, Nong Darol Mahmada menjelaskan alasan kehadiran Ade Armando di tengah-tengah demonstrasi mahasiswa pada Senin (11/4). Menurutnya, Ade Armando sedang membuat konten untuk PIS mengenai aksi mahasiswa.
"Jadi tidak benar yang dibilang di salah satu akun media sosial bang Ade itu ikut-ikutan karena memang ada tujuan untuk ikut aksi tadi siang," ujar Nong Senin (11/4) malam, seperti dikutip Antara.
Nong juga menjelaskan peristiwa penganiayaan terhadap Ade Armando bermula ketika tim PIS sepakat menyudahi peliputan demonstrasi dan bergerak menjauhi demonstran sekitar pukul 15.35 WIB.
Ketika itu tim melihat ada beberapa orang yang mengawasi mereka. Tak lama kemudian, seorang ibu menghampiri Ade Armando sambil mencaci maki. "Makian ibu-ibu inilah yang merangsang massa untuk bertindak beringas," kata Nong.
Setelah itu Ade Armando dan tim berusaha untuk meninggalkan lokasi demonstrasi dan bergerak mundur mendekati dinding pagar DPR. Namun, mereka justru didatangi massa yang mendorong-dorong Ade Armando.
Akhirnya tim kembali bergeser ke sisi kiri depan Gedung DPR. Saat itulah Ade Armando kemudian mendapatkan serangan sebagaimana terlihat pada berbagai video yang menyebar di media sosial.
Melihat kondisi yang sudah semakin tidak terkendali, tim meminta bantuan polisi untuk memberikan pertolongan kepada Ade Armando.
Polisi kemudian membentuk barikade untuk mengevakuasi Ade Armando ke dalam kompleks parlemen. Saat proses evakuasi ini, massa turut melempari polisi sehingga terjadi kericuhan.
Menurut Nong, Ade Armando saat ini masih dirawat di HCU RS Siloam, Jakarta. Ia disebut dalam kondisi sadar, tetapi menderita luka cukup serius akibat pengeroyokan itu.