Polda Metro Jaya mengungkapkan motif para tersangka menganiaya pegiat media sosial sekaligus dosen Universitas Indonesia (UI) Ade Armando, saat berlangsungnya demonstrasi mahasiswa di gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Senin (11/4).
Motif penganiayaan terungkap dari hasil pemeriksaan terhadap dua tersangka, yaitu Muhammad Bagja dan Komarudin. Muhammad Bagja ditangkap di Jakarta Selatan, dan Komarudin di Jonggol pada Selasa (12/4).
"Saudara Muhammad Bagja menyampaikan dalam pemeriksaan bahwa yang bersangkutan kesal dengan apa yang selama ini disuarakan korban di media sosial," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Endra Zulpan di Jakarta, Rabu (13/4) seperti dikutip Antara.
Sedangkan tersangka Komarudin mengaku ikut-ikutan mengeroyok Ade Armando, karena perkembangan situasi di tempat kejadian perkara.
Sementara satu tersangka lagi yaitu Dhia Ul Haq, penyidik belum dapat mengungkap motifnya karena baru ditangkap dini hari tadi sekitar pukul 02.30 WIB di pondok pesantren Yayasan Almadat, Serpong, Tangerang Selatan.
Selain tiga tersangka ini, masih ada tiga tersangka penganiaya lainnya yang buron, yaitu atas nama Ade Purnama, Abdul Latief dan Abdul Manaf.
Selain menangkap para tersangka penganiaya, polisi juga telah menangkap seorang provokator penganiaya Ade Armando, bernama Arif Pardiani.
"Di video yang beredar di media sosial, yang bersangkutan ini melakukan provokasi di antaranya mengeluarkan kata-kata 'Ade Armando sudah mati' dan 'Semua, turun semua yang ada di Jakarta'," ucap Zulpan.
Polda Metro Jaya memastikan para tersangka penganiaya Ade Armando bukan berasal dari elemen mahasiswa yang melakukan demonstrasi.
"Jadi ini kelompok yang melakukan pemukulan, pengeroyokan, termasuk pemicu kerusuhan di demo 11 April adalah kelompok di luar BEM SI, ini kelompok non mahasiswa," terang Zulpan.
Zulpan menyebutkan mereka merupakan bagian dari oknum yang menyusup ke dalam demonstrasi mahasiswa. Untuk itu polisi juga sedang mendalami motif setiap tersangka, serta mempelajari kemungkinan mereka merupakan satu jaringan atau kelompok.
Sementara itu, kondisi Ade Armando sudah semakin stabil setelah mengalami luka di kepala dan beragam lebam di tubuhnya akibat penganiayaan ini.
"Keadaan pak Ade lebih baik dan stabil," ujar Dewan Pengawas Pergerakan Indonesia untuk Semua (PIS) Harkristuti Harkrisnowo, Rabu (14/3).
Sekretaris PIS, Nong Darol Mahmada menjelaskan Ade Armando sudah dapat berkomunikasi, meski masih menjalani perawatan di ruang High Care Unit (HCU) Rumah Sakit Siloam Semanggi, Jakarta. Dokter pun masih memantau perkembangan pemulihan kondisi Ade Armando secara intensif.