Presiden Joko Widodo berkomunikasi via saluran telepon dengan Presiden Rusia Vladimir Putin terkait agenda Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20. Komunikasi ini sehari setelah Jokowi menghubungi Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy.
Putin dan Jokowi membahas mengenai kegiatan pada perhelatan G20 di Indonesia dan juga menyinggung soal serangan Rusia ke Ukraina. "Atas permintaan Joko Widodo, Vladimir Putin menguraikan penilaian Rusia terhadap situasi di Ukraina dalam kaitan dengan operasi militer khusus yang sedang berlangsung," bunyi keterangan dari situs resmi pemerintahan Rusia, dikutip Jumat (29/4).
Indonesia memang tetap berencana mengundang Putin di forum pimpinan G20 pada November mendatang. Meskipun banyak negara seperti Amerika Serikat, Kanada, Jepang menolak kehadiran Putin dan perwakilan Rusia di G20.
Sebelumnya, Jokowi juga mengundang Zelenskyy untuk hadir di Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali November mendatang. Zelenskyy mengaku berbicara langsung dengan Jokowi untuk membahas undangan itu.
Keduanya juga membahas isu lain seperti ketahanan pangan. Selain itu Zelenskyy juga berterima kasih kepada Jokowi atas dukungannya terhadap kedaulatan wilayah Ukraina. "Terutama dalam posisi di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)," kata Zelenskyy dalam akun Twitternya, Rabu (27/4).
Duta Besar Ukraina untuk Indonesia Vasyl Hamianin mengatakan bahwa Zelenskyy berterima kasih atas undangan tersebut. "Ini masih menjadi jalan yang panjang," kata Hamianin dalam pesan kepada awak media, Rabu (28/4).
Dia mengatakan KTT G20 mendatang seharusnya membahas masalah seperti pangan, energi, hingga kesehatan. Namun Rusia disebutnya membuat masalah pada sistem keamanan global. "Poinnya, apakah mereka patut menjadi bagian sistem keamanan global," kata Hamianin.
Beberapa waktu lalu, Menteri Keuangan Sri Mulyani menegaskan Indonesia akan tetap mengundang Rusia ke Konferensi Tingkat Tinggi G20. Dalam wawancaranya dengan VOA, Menteri Sri menegaskan seluruh negara yang tergabung dalam G20 harus menyetujui wacana isolasi Rusia, jika rencana tersebut harus diambil. “Kita harus konsensus,” kata Sri.
Sri mengatakan Indonesia bertanggungjawab menjaga forum G20 tetap utuh dan tidak pecah. Ia berharap bisa menempatkan forum ini sebagai salah satu forum untuk meredakan konflik sekaligus memperkuat seruan untuk menghentikan perang sesegera mungkin.
“Dunia saat ini sangat membutuhkan kerja sama untuk menyelesaikan berbagai persoalan yang sifatnya tidak bisa diselesaikan oleh satu negara meskipun dia paling kuat,” kata Sri Mulyani.