RI Deteksi 15 Kasus Hepatitis Akut, Menkes Minta Waspadai Gejalanya

ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/YU
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyampaikan paparannya dalam rapat kerja bersama Komisi IX di kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (23/3/2022).
9/5/2022, 18.09 WIB

Jumlah kasus hepatitis akut yang terdeteksi di Indonesia semakin bertambah. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin sebut sudah ada 15 kasus diduga penyakit tersebut yang ditemukan di Indonesia.

Temuan ini menyusul tiga kasus pertama yang ditemukan di Jakarta pada 27 April lalu. Organisasi kesehatan dunia (WHO) sudah menyatakan bahwa outbreak hepatitis akut pada 23 April, empat hari sebelum ditemukan di Indonesia. 

Budi mengatakan bahwa pihaknya sudah berkoordinasi dengan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat dan Inggris untuk mengetahui penyebab penyakit tersebut.

“Kemungkinan besar adalah adenovirus strain 41 tapi ada juga banyak kasus yang tidak ada adenovirus strain 41 ini, jadi kami masih melakukan penelitian bersama-sama dengan Inggris dan Amerika Serikat untuk memastikan penyebabnya apa,” kata Budi.

 Penyakit ini biasa menyerang anak-anak di bawah usia 16 tahun, bahkan lebih rentan pada anak bawah lima tahun (balita). Gejala yang muncul dari hepatitis akut ini dimulai dari saluran cerna yang disebabkan oleh infeksi dan disertai demam.

Budi menyarankan agar dilakukan pengecekan atas enzim SGPT dan SGOT anak tersebut. Melansir dari laman HelloSehat, kedua enzim ini berperan untuk membantu mencerna protein dalam tubuh yang levelnya dapat diketahui lewat pemeriksaan fungsi hati melalui tes darah.

“Normalnya, level SGPT dan SGOT itu di 30-1n, kalau udah di atas 100 lebih baik dirujuk ke faskes terdekat,” jelas Budi Gunadi Sadikin. 

Untuk mencegah penyebaran penyakit ini, Budi menganjurkan agar masyarakat lebih rajin cuci tangan sebab virus ini menular melalui asupan makanan yang masuk ke mulut. Ia juga meminta masyarakat bisa memastikan apa yang masuk ke dalam mulut anak-anak itu dalam kondisi bersih.

Dalam catatan Katadata, penyakit ini sudah dilaporkan muncul di 20 negara per 1 Mei 2022. Angka ini berkembang cukup pesat dibanding pekan sebelumnya, pada 21 April lalu. Kala itu, baru ada 169 kasus yang dilaporkan ada di 11 negara. Adapun, virus ini paling banyak ditemukan di Inggris.

Di Indonesia, penyakit ini sudah memakan korban jiwa tiga orang anak yang dirawat di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta. Ketiga pasien tersebut meninggal dalam rentang dua minggu terakhir hingga 30 April 2022. 

Reporter: Amelia Yesidora