Pemerintah Singapura menolak Ustaz Abdul Somad (UAS) masuk ke negara jiran itu. Ministry of Home Affairs (MHA) atau Kementerian Dalam Negeri Singapura menyampaikan UAS tidak diizinkan masuk ke Singapura karena dinilai berbahaya, dianggap pendukung ajaran kekerasan dan/atau mendukung ajaran ekstremis dan segregasi.
Bukan hanya UAS yang pernah mengalami penolakan masuk ke negara lain. Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dan mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo juga pernah dilarang masuk ke Amerika Serikat (AS).
Sejak Prabowo menjabat menteri pertahanan, larangan ke Amerika tersebut dicabut. Prabowo pernah mengungkapkan bahwa ia ditolak masuk ke AS pada 2000. Pada saat itu, ia ingin menghadiri wisuda anaknya, Ragowo Hediprasetyo (Didit Hediprasetyo), yang kuliah di salah satu universitas di Boston, AS.
Tidak jelas alasan Departemen Luar Negeri AS menolak visa Prabowo pada waktu itu. Namun, laporan New York Times pada Maret 2014 menyebut Washington DC sempat menjauhkan diri dari para pendukung mantan Presiden Soeharto pasca-kejatuhan rezim Orde Baru.
Dalam wawancara dengan Reuters , Prabowo mengatakan, ia masih ditolak masuk ke AS pada 2012. Sumber Reuters menyebut penolakan terhadap Prabowo terkait dugaan kerusuhan Mei 1998 dan penculikan aktivis mahasiswa. Namun, Prabowo membantah semua tuduhan itu.
Berbeda dengan Prabowo, Gatot Nurmantyo dilarang masuk ke AS ketika ia menjabat sebagai Panglima TNI di era pemerintahan Presiden Joko Widodo. Kedutaan Besar Amerika Serikat (AS) menyebut larangan terbang itu dilakukan dengan alasan internal. Namun, tidak jelas apa alasan internal yang dimaksud.
Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi pun turun tangan untuk meminta penjelasan dari Kedubes AS mengenai masalah ini. Retno menyatakan, Kedubes AS meminta maaf dan menyatakan penyesalannya atas insiden tersebut. Larangan untuk Gatot pun dicabut.
Para Jenderal TNI Lainnya Juga Pernah Dilarang Masuk AS
Hashim Djojohadikusumo, adik Prabowo, pernah mengungkapkan bahwa Prabowo bukan satu-satunya jenderal TNI yang dilarang masuk AS. Ada beberapa jenderal lainnya yang pernah mendapat larangan serupa:
1. Letnan Jenderal TNI (Purn) Sjafrie Syamsudin
2. Jenderal TNI (Purn) Wiranto
3. Jenderal (Purn) Pramono Edhie Wibowo
4. Letnan Jenderal TNI (Purn) Zacky Anwar Makarim
Saat Sjafrie menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan pada 2009, ia mendampingi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menghadiri pertemuan G-20 di Pittsburgh, Pennsylvania. Namun, ia ditolak masuk ke AS dengan alasan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) di Timor Timur.
Media AS memberitakan bahwa Sjafrie diduga bertanggung jawab atas peristiwa Santa Cruz yang menewaskan 250 orang pada 12 November 1991. Mereka yang tewas adalah para demonstran pro-kemerdekaan.
Sjafrie mengirimkan bantahannya terhadap tudingan tersebut ke Kedutaan Besar AS. Sjafrie menyatakan ia tidak berada di lokasi ketika peristiwa Santa Cruz terjadi. Ia juga menyebut Komnas HAM telah mengeluarkan pernyataan terkait kasus kekerasan di Dili pada 1999. Namanya tidak disebut dalam laporan Komnas HAM itu.
Wiranto juga ditolak masuk ke AS pada 2004 lantaran alasan pelanggaran HAM. Sejumlah media AS memberitakan, nama Wiranto ada dalam daftar tersangka penjahat perang. Salah satunya mengutip pernyataan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang menyebut Wiranto menyebabkan 1.500 orang Timor Timur tewas ketika Referendum 1999.
Namun, Wiranto membantah kabar tersebut. "Belum, saya belum pernah mengalami (dilarang ke AS)," kata Wiranto seperti dikutip Kumparan.com, Senin (23/10/2017).
Sebagaimana Wiranto dan Sjafrie, Zacky dan Pramono Edhie juga dilarang masuk ke AS lantaran dugaan pelanggaran HAM di Timor Timur. Menurut BBC.com, saat itu Zacky memegang jabatan sebagai asisten intelijen Komando Staf Angkatan Darat (KSAD) periode 1996-1997. Ia juga menjabat sebagai kepala Satuan Tugas (Satgas) Penentuan Pendapat Timor Timur. Sementara, Pramono waktu itu menjabat sebagai kepala grup Komando Pasukan Khusus (Kopassus) yang bertugas di Timor Timur.
Alasan Singapura Tolak Masuk UAS
Berbeda dengan alasan para jenderal yang pernah ditolak masuk Amerika, UAS ditolak masuk ke Singapura karena dianggap menyebarkan ajaran ekstrimisme.
Ministry of Home Affairs (MHA) atau Kementerian Dalam Negeri Singapura menjelaskan, UAS tidak diizinkan masuk ke Singapura karena dinilai berbahaya, serta mendukung ajaran kekerasan dan/atau mendukung ajaran ekstremis dan segregasi.
Hal itu tidak sesuai dengan Singapura yang memiliki penduduk dengan beragam ras dan agama. "Tidak dapat diterima dalam masyarakat multi-ras dan multi-agama Singapura,” katanya.
Adapun berdasarkan data YouGov pada Oktober 2020, Ustaz Abdul Somad menjadi salah satu laki-laki yang paling dikagumi di Indonesia. Rinciannya sebagai berikut:
MHA juga memberikan contoh beragam aktivitas UAS yang memberikan ceramah untuk memperbolehkan aksi bom bunuh diri dalam konteks konflik di Timur Tengah, yaitu antara Israel dan Palestina. MHA menganggapnya sebagai operasi martir.
Tak hanya itu, MHA menganggap UAS merendahkan anggota komunitas agama lain, seperti umat Kristiani. UAS juga disebut memberikan gambaran bahwa salib merupakan tempat tinggal jin.
“Selain itu, Somad secara terbuka menyebut non-Muslim sebagai kafir,” tulis keterangan tersebut.
Sedangkan pihak UAS mengaku bahwa ustaz melakukan perjalanan ke Singapura dalam rangka kunjungan sosial. Namun, Pemerintah Singapura tak ingin mengambil risiko terkait penyebaran ajaran yang dianggapnya ekstrem.
Oleh sebab itu, Pemerintah Singapura melalui MHA mengaku harus mengambil tindakan serius bagi UAS dan rombongan perjalanannya. Hal ini karena dianggap berpotensi menyebarkan ajaran kekerasan dan/ atau mendukung ajaran ekstremis.