Virus Hendra dan Nipah Jadi Potensi Bahaya Berikutnya Usai Covid Reda

ANTARA FOTO/Abriawan Abhe
Pengendara melintas di depan mural bertema COVID-19 di kawasan Jalan Nusantara, Makassar, Sulawesi Selatan, Senin (1/11/2021)
20/5/2022, 20.35 WIB

Dunia masih dilanda pandemi Covid-19 sejak awal 2020. Meski demikian, ahli mengingatkan adanya dua ancaman wabah lain yang bisa meledak di dunia yakni virus Hendra dan Nipah.

Hal ini lantaran kedua virus ini mematikan dan bisa bermutasi dari hewan ke manusia atau zoonotic. Bahkan, para ahli di dunia kerap meneliti kemungkinan virus ini menyebabkan dampak besar di dunia.

"Ini anggota Henipavirus dan bisa berpotensi serius karena menyebabkan fatalitas dan dampak klinis lainnya," kata epidemolog dari Griffith University Dicky Budiman kepada Katadata.co.id, Jumat (20/5).

Sebagai informasi, Virus Hendra dan Nipah merupakan penyakit yang menular dari kelelawar pemakan buah. Kedua virus ini juga dapat menular lewat hewan ternak seperti kuda.

Dicky mengatakan kedua penyakit ini bisa menyebabkan radang otak atau enchepalitis serta mengganggu saluran pernapasan. Bahkan rasio kematian yang diakibatkan Virus Hendra dan Nipah bisa mencapai 50%-100%. "Jadi dari dua kasus, satu bisa meninggal," katanya.

Dua virus ini juga bisa berkembang pesat di wilayah dengan kondisi lingkungan buruk seperti Afrika, Asia, serta Amerika Latin. Selain itu Virus Hendra dan Nipah bisa menular langsung lewat droplet dan kontaminasi makanan. "Termasuk dari interaksi manusia yang erat," ujarnya.

Tak hanya itu, saat ini cacar monyet atau Monkeypox juga tengah menyebar di Eropa.  Meski demikian, Dicky beranggapan bahwa karantina masih belum diperlukan saat ini.

"Yang diperlukan adalah surveillance (pemantauan), deteksi dini, screening, tingkatkan sanitasi hingga hewan ternak. Itu yang harus dibenahi," kata Dicky

Ia juga mengingatkan pemerintah agar terus meningkatkan kerja sama secara nasional maupun regional yang berkelanjutan dalam sektor peternakan.  Mengingat, faktor lain seperti sanitasi makanan juga prosedur pengemasan makanan hewani sangat penting mencegah melompatnya virus.

Sejalan dengan hal tersebut, Ketua Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Dr Tri Yunis Miko Wahyono juga menyampaikan bahwa pemeriksaan terhadap genetik dari virus-virus baru perlu segera dilakukan.

"Periksa dulu genetiknya, kalau tidak menular kepada manusia ya tidak perlu repot-repot memberlakukan karantina wilayah," ujar Miko.

Reporter: Dudi Sholachuddin Triambudi