Apeksi Gelar Program Cari Anak Muda Kreatif Jadi Mitra Pemerintah Kota

ANTARA FOTO/Ardiansyah/tom.
Delegasi Kota Lubuklinggau mengenakan pakaian adat pada Ekspo UMKM di Bandar Lampung, Lampung, Jumat (27/5/2022).
28/5/2022, 15.05 WIB

Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (Apeksi) meluncurkan program Youth City Changer (YCC) di Novotel Bandar Lampung pada Jumat (27/5) malam. YCC merupakan program kolaborasi antar Pemerintah Kota (Pemkot) dengan komunitas anak muda di Indonesia.

Ketua Apeksi, Bima Arya, meminta seluruh wali kota untuk membawa perwakilan anak muda ke acara Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Apeksi 2022 yang berlangsung pada Juni di Padang, Sumatera Barat. Perwakilan anak muda ini dengan kriteria aktif sebagai pelaku ekonomi kreatif, industri digital dan anggota organisasi lingkungan.

“Anak-anak terbaik yang tentu sudah dilakukan penilaian oleh Bapak dan ibu Wali kota, bukan aktivis yang belum selesai dengan dirinya, tetapi anak-anak muda yang penuh gagasan dan kreativitas. Paling bagus yang sudah ada rekam jejaknya,” kata Bima di acara HUT ke -22 Apeksi di Novotel Bandar Lampung.

Bima menjelaskan, nantinya anak-anak ini akan bersaing dan mengikuti kompetisi hingga akhir tahun. Pemenang yang diumumkan pada Desember akan mendapat apresiasi beasiswa dan modal usaha.

“Ini adalah mimpi besar kita untuk bisa merangkul anak-anak muda dalam proses perubahan di kota. Menjadikan anak-anak muda itu sebagai mitra kolaborasi pemerintah kota,” ujar Bima.

Sebelumnya Bima mendorong para walikota mendorong penggunaan produk UMKM di daerah. Bima meminta para wali kota membantu menyelesaikan tiga permasalahan yang biasa menghambat potensi UMKM. Pertama, soal pendataan. Pendataan UMKM di tingkat kota sering kali mengalami perbedaan antar dinas.

“Dinas UMKM ada, Dinas Perindag ada, Dinas Parekraf ada, datanya beda-beda. Bagaimana kita mau perang kalau pemetaannya saja enggak jelas,” kata Bima. 

Dua permasalahan lainnya yakni aspek permodalan dan aspek pemasaran. Menurut Bima, para pimpinan kota harus melakukan kolaborasi dengan pihak swasta untuk memperoleh modal dan akses pasar bagi produk UMKM yang mereka tawarkan.

Jika ketiga hal itu bisa diperbaiki, ujar Bima, Pemerintah Kota bisa menghemat anggaran yang biasa mereka keluarkan. “Zero APBD dengan berbagai macam kolaborasi dengan komunitas yang lebih kreatif dan paham arus kekinian. Itu sangat bermanfaat,” ujar Bima.

Politikus Partai Amanat Nasional (PAN) ini juga mengkritisi sejumlah model pelatihan kepada masyarakat yang diberikan oleh Pemerintah Kota. Pelatihan seperti cukur rambut dan atta rias dirasa sudah tak relevan dengan perkembangan zaman yang menuntut adanya digitaliasai.

“Harus diubah dari memberi pekerjaan ke menciptakan lapangan pekerjaan. Seringkali Kepala Dinas kalah lari sama anak-anak muda. Startup itu mereka kerja sendiri, inovasi sendiri dan pendanaan sendiri,” ujarnya.

Reporter: Muhamad Fajar Riyandanu