Apeksi Minta Aksi Konkret Seluruh Wali Kota Kurangi Emisi Gas

ANTARA FOTO/Basri Marzuki/tom.
Seekor sapi mencari makan di bantaran Sungai Palu yang dijadikan tempat pembuangan sampah di Kelurahan Tatura Selatan, Palu, Sulawesi Tengah, Jumat (27/5/2022).
28/5/2022, 16.48 WIB

Ketua Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (Apeksi), Bima Arya, mendorong seluruh wali kota untuk memperkuat kebijakan yang mendukung lingkungan di wilayahnya. Mereka juga harus memiliki target yang jelas tentang komitmen pengurangan emisi gas yang berasal dari kegiatan mobilitas penduduk.

Bima menekankan kebijakan lingkungan itu harus memiliki rencana aksi yang konkret. "Harus ada komitmen pengurangan gas emisi targetnya berapa di tingkat pemerintah kota, target mereduksi sampah plastik itu juga harus jelas," kata Wali Kota Bogor itu saat ditemui di acara ulang tahun ke-22 Apeksi di Bandar Lampung, Jumat (27/5) malam.

Bima mencontohkan kebijakan pelarangan penggunaan kantong plastik di sejumlah pusat perbelanjaan di Kota Bogor. Pemerintah Kota Bogor juga bekerja sama dengan organisasi nonpemerintah internasional, World Wide Fund for Nature(WWF), untuk tata kelola sampah dari hulu.

Kerja sama itu dilanjutkan dengan deklarasi Kota Bogor sebagai kota pintar dalam penggunaan plastik dan pengelolaan limbah plastik lewat program Plastic Smart Cities. "Bogor kota pertama di Indonesia. Hal ini butuh komitmen dari para Pemerintah Kota yang jelas. Apeksi mendorong para wali kota untuk hal tersebut," kata Bima.

Pemerintah Kota Bogor bersama dengan WWF Indonesia, WWF Norwegia, dan Satgas Ciliwung akan membangun Tempat Pengolahan Sampah Reduce-Reuse-Recycle (TPS 3R) di Kelurahan Mekarwangi, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor. Peletakan batu pertama pembangunan fasilitas itu dilakukan pada Rabu (25/5) lalu. Pembangunan TPS 3R itu diperkirakan berlangsung selama enam bulan.

Fasilitas itu memiliki sistem pengelolaan dan teknologi pengolahan sampah plastik dan sampah residu. Melalui TPS 3R, limbah plastik dan residu akan dikelola dan didaur ulang menjadi produk-produk yang bernilai ekonomis. Ini dapat mengurangi atau bahkan menghentikan berakhirnya sampah-sampah tersebut di TPA dan mencegah sampah plastik mencemari alam.

Luas area TPS 3R Mekarwangi itu mencapai 5.000 meter persegi. Hanya 500 meter persegi yang digunakan untuk pembangunan fasilitas TPS 3R. Sisa wilayahnya, seperti dilaporkan Antara, akan dijadikan sebagai tempat sarana penunjang dan taman.

Interim Chief Executive Officer WWF Indonesia, Aditya Bayunanda, mengatakan fasilitas TPS 3R Mekarwangi memiliki kapasitas pengolahan sampah sebesar 1.200 ton per tahun. Pembangunan TPS 3R Mekarwangi ini juga diharapkan menjadi solusi yang bisa membawa pendapatan ekonomi bagi masyarakat.

Timbunan sampah memicu pencemaran lingkungan dan meningkatkan emisi gas karbon. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menyebutkan produksi sampah nasional pada 2020 mencapai 67,8 juta ton. Artinya, ada sekitar 185 ribu ton sampah yang diproduksi penduduk Indonesia atau setara 0,68 kilogram sampah per kapita setiap harinya.

Reporter: Muhamad Fajar Riyandanu