Mulai Hari Ini, Thailand Izinkan Warganya Tanam Ganja di Rumah

ANTARA FOTO/Rahmad/foc.
Ladang ganja di Dusun Cot Rawatu, Desa Jurong, Sawang, Aceh Utara, Aceh, Rabu (3/3/2021).
9/6/2022, 12.29 WIB

Thailand telah resmi mencabut ganja dari daftar zat terlarang dan mengizinkan orang menanam tanaman tersebut di rumah mulai hari Kamis (9/6). Hal ini sekaligus menjadikan Thailand sebagai negara Asia Tenggara pertama yang melegalkan ganja.

Sebelumnya Negeri Gajah Putih dikenal sebagai negara dengan kontrol obat yang keras. Namun pemerintah berharap perubahan aturan tersebut bisa menggenjot industri kesehatan dan pariwisata.

Wacana ini sebelumnya telah muncul sejak awal 2022. Bahkan Menteri Kesehatan sekaligus Wakil Perdana Menteri Thailand Anutin Charnvirakul telah menyatakan niat untuk memberikan satu juta ganja kepada masyarakat.

"Ini adalah kesempatan bagi masyarakat dan negara untuk mendapatkan penghasilan dari ganja," tulis Anutin di Facebook pada bulan lalu seperti dikutip dari ABC, Kamis (9/6).

Dengan aturan baru, ekstrak ganja jenis apapun harus memiliki konsentrasi tetrahydrocannabinol (THC) kurang dari 0,2%. Sebagai informasi, THC adalah komponen psikoaktif utama dari ganja.

Namun Anutin mengatakan kebijakan tersebut akan fokus menjadikan ganja pada penggunaan kesehatan dan medis serta bukan hiburan. Dia juga mengatakan bahwa tidak seperti rokok dan alkohol, ganja memiliki manfaat jika digunakan dengan bijak.

Hukuman bagi mereka yang mengganggu ketertiban publik karena konsumsi tanaman tersebut akan tetap berlaku. Pelangga dapat menghadapi penjara tiga bulan atau denda 25 ribu baht atau setara Rp 10,5 juta.

Thailand merupakan negara pertama di Asia Tenggara yang melegalkan ganja untuk keperluan medis pada 2018. Bahkan, pemerintah telah meluncurkan klinik ganja pertama di Bangkok pada 2020 usai menyetujui penggunaannya untuk membantu pengobatan kanker, epilepsi, dan kecemasan.

Keputusan ini disambut baik sejumlah warga. Seorang penyintas kanker payudara bernama Jiratti Kuttanam berencana menanam ganja di rumahnya.

Wanita yang sebelumnya rutin mengonsumsi obat penghilang rasa sakit ini mengatakan ganja bisa membantunya tidur dan mempertahankan nafsu makan. "Tidak sakit sama sekali setelah kamu menggunakannya," kata dia.

Meski demikian ada pula yang skeptis terhadap kebijakan tersebut. Profesor pertanian di Universitas Chiangmai mengingatkan bahwa perubahan bukan berarti Thailand memberikan lampu hijau penggunaan ganja untuk bersenang-senang.

Belum lagi sistem pendaftaran petani di negara tersebut masih memiliki celah untuk korupsi. Tak hanya itu, pengusaha juga harus membayar biaya yang tidak murah untuk mendapatkan izin menanam ganja.