Presiden Joko Widodo resmi mengumumkan reshuffle Kabinet Indonesia Maju pada Rabu (15/6) siang. Salah satu wajah baru yang dilantik presiden yakni Raja Juli Antoni yang merupakan politikus Partai Solidaritas Indonesia atau PSI.
Raja Juli dilantik sebagai Wakil Menteri Kementerian Agraria dan Tata Ruang (ATR). Dia menggantikan Surya Tjandra, rekan separtainya.
Sebelum menjadi politikus dan Sekretaris Dewan Pertimbangan DPP PSI, Raja Juli Antoni sempat menjadi politikus di Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan atau PDIP.
Raja Juli Antoni merupakan mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah atau IPM. Dia juga sempat dipercaya sebagai Direktur Eksekutif Maarif Institute periode 2005-2009, yang mana lembaga tersebut didirikan mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Ahmad Syafii Maarif.
Pada 2009, Raja Juli Antoni diketahui pernah mencalonkan diri sebagai anggota legislatif untuk Pemilihan Umum Legislatif 2009. Saat itu, dia mewakili PDIP untuk Daerah Pemilihan Jawa Barat IX. Sayangnya keberuntungan belum memihak, Raja Juli Antoni belum berhasil lolos sebagai anggota legislatif lantaran kurang suara, dibandingkan dengan Maruarar Sirait dan Tb Hasanuddin yang terpilih saat itu.
Selain itu, Raja Juli Antoni juga sempat mencalonkan diri sebagai Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode 2015 hingga 2020. Namun, di tengah pencalonan tersebut, dia memutuskan mundur dan memilih berkonsentrasi sebagai Sekretaris Jenderal PSI yang baru didirikannya bersama politikus muda lainnya.
Pria kelahiran Pekanbaru, Riau 13 Juli 1977 tersebut merupakan anak dari Raja Ramli Ibrahim, salah satu tokoh masyarakat Riau. Semasa hidup, ayah Raja Juli Antoni itu juga dikenal sebagai Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Riau. Raja Ramli Ibrahim meninggal dunia pasca mengalami serangan jantung di Pekanbaru pada 19 Juni 2019.
Riwayat Pendidikan
Raja Juli Antoni merantau ke Jakarta untuk menempuh pendidikan di Institute Agama Islam Negeri yang sekarang lebih dikenal sebagai Universitas Islam Negeri atau UIN pada 2001. Melansir laman Rajajuliantoni, dia menyelesaikan pendidikan di UIN dengan membuat penelitian berjudul Ayat-ayat Jihad: Studi Kritis terhadap Penafsiran Jihad sebagai Perang Suci.
Pada 2004, Raja Juli Antoni mendapatkan beasiswa Chevening Award untuk studi master di The Department of Peace Studies, The University of Bradford, Inggris. Saat itu, dia merampungkan tesis master dengan judul The Conflict in Aceh: Searching for A Peaceful Conflict Resolution Process.
Selanjutnya, pada 2010, dengan beasiswa dari Australian Development Scholarship (ADS) Raja Juli Antoni meneruskan studi doctoral di School of Political Science and International Studies, the University of Queensland, Australia. Dia berhasil menyelesaikan PhD, dengan disertasi berjudul Religious Peacebuilders: The Role of Religion in Peacebuilding in Conflict Torn Society in Southeast Asia, dengan mengambil studi kasus Mindanao (Filipina Selatan) dan Maluku (Indonesia).
Dia menjadi Direktur eksekutif The Indonesian Institute (TII). Dia juga cukup aktif menulis opini dan ditayangkan pada beberapa media nasional Tanah Air.