Jusuf Kalla: 2022 Tahun Politik Romantis dan Partai Menengah Berperan

ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla
16/6/2022, 19.07 WIB

Dua tahun menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) 2024, seluruh partai politik (parpol) dan para tokoh sibuk menjajaki peluang untuk saling bekerja sama. Kesibukan mencari kecocokan ini, disebut Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) layaknya romantisme di antara pasangan. Oleh sebab itu, dia menyebut 2022 sebagai tahun politik romantis.

“Banyak yang katakan tahun ini politik akan panas. Saya katakan tidak. Ini tahun yang romantis,” kata JK dalam Seminar Suksesi Kepemimpinan Nasional Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Nasdem di Jakarta Convention Center (JCC), Kamis (16/6).

Menurut JK, Pemilu kali ini akan berjalan cukup unik, karena adanya presidential threshold (PT) atau ambang batas mengajukan calon presiden (capres) sebesar 20 persen. Syarat ini menjadikan elektabilitas tokoh dan parpol menjadi lebih krusial sebagai pertimbangan.

Dalam prediksinya, JK menilai partai menengah akan memiliki lebih banyak peran dibandingkan partai atas. Hal itu disebabkan partai menengah menjadi prasyarat partai atas agar dapat memenuhi presidential threshold. 

“Bagaimana dua ini digabungkan. Jadi yang ambil peranan bukan partai besar, tapi menengah,” ujar JK.

JK mengaku menerima banyak tamu dari berbagai tokoh, khususnya tamu dari partai-partai menengah. Umumnya pembicaraan membahas seputar pemimpin terbaik bagi bangsa di masa depan.

Di sisi lain, beberapa pemimpin terbaik ada yang mendapatkan halangan menjadi capres, karena tak menjadi bagian dari parpol. Kondisi ini sangat disayangkan JK, karena masih ada partai yang tak memiliki kader dengan kemampuan menjadi pemimpin bangsa.

“Kita ingin lihat ke depan bagaimana yang terbaik. Ada yang terbaik punya partai. Ada yang punya partai tapi tidak terbaik,” katanya.

Menurut JK, Indonesia membutuhkan sosok pemimpin yang memahami keadilan ekonomi dan politik, sehingga dapat mencapai tujuan negara adil dan makmur. Selama 76 tahun merdeka, Indonesia masih menghadapi beragam ketidakadilan, utamanya pada sektor perekonomian dan politik.

Selain keadilan dalam urusan ekonomi dan politik, JK mengungkapkan, bahwa pemimpin di masa depan harus memahami perkembangan teknologi, dan permasalahan krisis dunia yang berpotensi mempengaruhi Indonesia.

“Mudah-mudahan dalam Rakernas Nasdem dapat memberi solusi, sehingga kita dapat pemimpin baik dari pengetahuan, pengalaman, kemampuan, dan menciptakan negara adil dan makmur,” tuturnya.

Berdasarkan laporan hasil survei Poltracking Indonesia yang bertajuk Proyeksi Kandidat Kuat Kandidasi Pilpres 2024, umumnya publik menyukai capres dan cawapres yang memiliki latar belakang sebagai kepala daerah.

Reporter: Ashri Fadilla