Penumpang Susi Air yang Jatuh Dievakuasi Gunakan Helikopter

Tangakapan layar twitter @susipudjiastuti
Tim SAR Gabungan tengah bersiap untuk melakukan evakuasi penumpang pesawat Susi Air yang jatuh di Papua, Kamis (23/6).
23/6/2022, 13.23 WIB

Tim SAR gabungan dikerahkan untuk evakuasi korban kecelakaan Susi Air jenis Pilatus Porter PC-6 dengan nomor penerbangan PK- BVM yang mengalami kecelakaan di Papua. Evakuasi dilakukan dengan menggunakan helikopter Caracal TNI-AU.

"Tim SAR gabungan sudah dikerahkan ke lokasi dimana pesawat yang membawa enam penumpang (dan satu pilot) mengalami insiden," kata Kepala SAR Timika, Merci Randang di Jayapura, seperti dikutip dari Antara, Kamis (23/6).

Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) memastikan tujuh penumpang pesawat Susi Air yang mengalami kecelakaan di Papua seluruhnya selamat. Lima orang telah dievakuasi menggunakan Heli Caracal TNI AU ke Timika. Sementara dua korban lainnya berada di Duma karena merupakan warga distrik tersebut.

  Meskipun demikian, Mercy mengatakan, sebanyak lima orang mengalami patah tulang. Kini para korban tersebut telah mendapatkan perawatan.

 Pesawat tersebut diduga mengalami insiden di koordinat 04°02' 54.00"S / 136° 43' 0600E, jarak 38 mil, radius 343.81° dari Timika. Nama-nama penumpang pesawat Susi Air yang mengalami kecelakaan tersebut adalah Merina Dimpau, Fickien Dimpau, Philipus Dimpau, Leo Dimpau, Seruwarkis Diabilu, dan Lukas Dimpau. Sementara pilot bernama Capt Dayle Peter Houzet.

 Pesawat Susi Air, dengan rute Timika-Duma-Timika, berangkat dari Bandara Moses Kilangin Timika sekitar pukul 05.34 WIT. Maskapai penerbangan milik Susi Pudjiatusti itu dijadwalkan tiba kembali sekitar pukul 08.00 WIT.

Pesawat dikabarkan jatuh saat akan terbang dari Timika menuju Duma sekitar pukul 05.54 WIT, Kamis (23/6). Pesawat dinyatakan hilang kontak pada pukul 08.20 WIT. Tim SAR kemudian berangkat ke lokasi untuk melakukan evakuasi pada pukul 11.20 WIB.

 Dalam laporan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), kecelakaan lalu lintas angkutan jalan (LLAJ) paling banyak memakan korban jiwa. Sepanjang 2016 hingga Maret 2020, korban LLAJ mencapai 959 jiwa. Kecelakaan itu merenggut 350 jiwa, sementara sisanya mengalami luka-luka.