Kerja jarak jauh atau remote working, dikenal juga dengan sebutan work from home (WFH), tidak terlalu populer di kalangan pengusaha dan pekerja sebelum pandemi Covid-19.
Semula, sebagian perusahaan menilai para pekerja akan mudah terdistraksi jika mereka bekerja dari rumah. Para atasan juga merasa cara ini tidak efektif lantaran tak bisa melihat kinerja karyawan secara langsung.
Beberapa tahun lalu, WFH terbilang cukup langka. Bekerja dari rumah biasanya hanya dilakukan pada beberapa kasus spesifik. Misalnya, ketika pekerja dalam waktu tertentu memiliki keperluan terkait rumah tangga yang tidak bisa ditinggalkan. Walaupun jarang ditemui, praktik bekerja dari jauh tidak benar-benar asing meskipun hanya dilakukan satu-dua kali dalam satu bulan.
Namun, kebijakan restriksi sosial selama pandemi Covid-19 yang mewajibkan perusahaan menerapkan work from home dan membuat kondisi tersebut berubah. Berdasarkan hasil survei Jobstreet pada 2020, seperti dikutip Katadata, menunjukkan bahwa 46 persen pekerja di Indonesia telah diwajibkan bekerja dari rumah (work from home/WFH) akibat pandemi virus corona Covid-19.
Pada survei tersebut, sebanyak 50 persen responden merasa durasi bekerja lebih panjang selama berada di rumah. Meskipun demikian, para pekerja ternyata banyak yang menyukai konsep kerja remote ini. Hal ini terbukti dari survei serupa yang berselang satu tahun setelahnya.
Survei yang dilakukan Jobstreet pada 2021 menunjukkan bahwa sebanyak 23 persen responden berharap pekerjaannya bisa dilakukan secara jarak jauh. Jumlah tersebut lebih tinggi dari realisasi responden yang melakukan pekerjaan jarak jauh yaitu sebanyak 13 persen. Hal serupa juga terjadi pada responden yang berharap bisa mengombinasikan bekerja di kantor dan secara jarak jauh yakni sebesar 68 persen dibandingkan dengan realisasinya sebesar 41 persen.
Fenomena ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di seluruh penjuru dunia. Berdasarkan hasil survei Forum Ekonomi Dunia (WEF) dan Ipsos pada 2020 menunjukkan rata-rata 52 persen responden secara global bekerja dari rumah (work from home/WFH) selama pandemi Covid-19. Kolombia memiliki persentase paling tinggi, yakni 74 persen. Kemudian, disusul India (73 persen) dan Afrika Selatan (71 persen).
Penerapan kerja jarak jauh selama pandemi pun mengubah persepsi banyak orang selama ini, terutama dalam hal efektivitasnya. Beberapa studi dalam beberapa bulan terakhir menunjukkan bahwa produktivitas kerja jarak jauh dari rumah ternyata lebih baik daripada bekerja di kantor.
Studi oleh Standford yang dilakukan kepada 16 ribu pekerja selama sembilan bulan menunjukkan bahwa bekerja dari rumah telah meningkatkan produktivitas sebesar 13 persen.
Sementara itu, survei dari ConnectSolutions 2022 menunjukkan, sebesar 77 persen para pekerja WFH beberapa kali dalam sebulan mengalami peningkatan produktivitas, dengan 30 persen bekerja lebih banyak dalam waktu yang lebih singkat dan 24 persen mengerjakan lebih banyak pekerjaan dalam waktu periode yang sama.
Sementara bagi para pekerja, bekerja dari rumah bisa menghemat sejumlah biaya seperti biaya makan dan biaya transportasi. Bekerja dari rumah juga bisa mengurangi stres yang ditimbulkan selama perjalanan ke kantor, terutama jika melewati kemacetan. Selain itu, para pekerja juga bisa meningkatkan work-life balance-nya.
Banyaknya manfaat yang dapat diperoleh membuat budaya kerja remote semakin populer. Terbaru, pemerintah kini juga tengah mempertimbangkan pola kerja baru bagi Aparatur Sipil Negara untuk bisa bekerja tidak hanya di kantor, tetapi dari mana saja atau work from anywhere (WFA).
Badan Kepegawaian Nasional (BKN) sedang menggodok hal tersebut bersama Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara Reformasi Birokrasi, meskipun tidak semua ASN bisa menerapkan WFA.
"Masih perlu dikaji, tapi kemungkinan besar (untuk) yang tugas dan fungsi administratif," kata Kepala Biro Hukum, Humas, dan Kerja Sama BKN Satya Pratama kepada Katadata.co.id, Jumat (13/5).
Sementara itu, di situs-situs pencarian pekerjaan seperti Jobstreet dan Kalibrr, beberapa perusahaan mulai mencantumkan work from home sebagai benefit dari pekerjaan yang ditawarkan.
Forbes dalam surveinya menyebutkan bahwa kerja jarak jauh diperkirakan akan meningkat hingga dua kali lipat pada 2021. Sementara lebih jauh ke masa yang akan datang, diprediksi bahwa 70 persen pekerjaan akan dilakukan secara jarak jauh pada 2025.
Dengan perkembangan teknologi informasi saat ini, bekerja dari rumah atau dari lokasi manapun memang tidak sulit dilakukan. Terutama untuk jenis pekerjaan tidak perlu turun langsung ke lapangan. Rapat, pelatihan, pendidikan, bisa dilakukan secara online. Sementara keperluan dokumen, seperti registrasi perbankan atau keperluan finansial pun bisa dilakukan secara full online tanpa membutuhkan kertas atau dokumen fisik.
Perubahan budaya kerja pada era digital pascapandemi jelas terlihat. Kondisi ini merupakan bagian dari literasi digital khususnya pilar budaya digital. Lebih jauh, Anda dapat mengakses info.literasidigital.id untuk mendapatkan berbagai macam literatur dan kreasi digital terkait lain.