Pada era digitalisasi saat ini, khususnya di kota-kota besar, mungkin setiap keluarga memiliki setidaknya satu perangkat digital seperti komputer / laptop, ponsel pintar, tablet, dan televisi. Idealnya, beragam perangkat teknologi ini membuat hidup menjadi lebih mudah.
Namun, meskipun pada awalnya diciptakan untuk membantu kehidupan manusia, perangkat digital ternyata juga memiliki efek negatif kepada banyak individu. Terdapat beberapa risiko negatif yang bisa ditimbulkan oleh penggunaan teknologi khususnya terhadap anak-anak, beberapa di antaranya seperti disarikan dari berbagai sumber berikut ini.
Kemampuan sosial
Penggunaan perangkat teknologi secara berlebihan tampaknya juga berpengaruh terhadap kemampuan sosial. Kedekatan sosial mulai terkikis, dan banyak anak yang mulai merasa kesepian bahkan depresi. Banyak anak yang terbiasa hidup di dunianya sendiri di depan layar meskipun dikelilingi banyak orang.
Ketika kita mengganti interaksi di dunia nyata dengan komunikasi daring, kita bisa kehilangan kemampuan sosial seperti membaca nada suara, ekspresi muka, bahasa tubuh, dan kemampuan sosial lainnya.
Pendidikan
Internet telah menjadi sarana pendidikan yang hebat untuk anak-anak. Kita bisa mencari semua informasi yang kita butuhkan dalam waktu singkat melalui perangkat yang kita miliki. Tetapi, keberadaan teknologi tidak menjamin kualitas pendidikan itu sendiri.
Tidak sedikit orang menggunakan teknologi yang mempengaruhi proses belajar dengan cara yang negatif. Plagiarisme meningkat sementara cara berpikir kritis dan analitis tampak menurun. Sementara itu, banyak studi yang menunjukkan bahwa generasi muda cenderung lebih banyak menggunakan perangkatnya untuk kepentingan hiburan dibandingkan dengan pendidikan.
Kesehatan fisik
Beberapa efek yang cukup berbahaya dari teknologi adalah gangguan pengelihatan, yakni banyaknya anak yang kini harus menggunakan kacamata. Kondisi ini lantaran mereka sering menatap layar gawai dalam durasi yang berlebihan.
Selain itu, semakin sering seseorang duduk di depan PC atau laptop, semakin mungkin orang tersebut mengalami permasalahan peredaran darah yang buruk, belum lagi sakit kepala dan leher. Pola hidup sedentari seperti ini adalah alasan mengapa banyak orang memiliki masalah tulang punggung dan masalah postur badan.
Privasi dan keamanan
Ketika salah digunakan, teknologi berpotensi menimbulkan sejumlah masalah, terutama bagi anak-anak. Beberapa risiko tersebut misalnya cyberbullying dan sexting. Risiko lain yang juga kerap terjadi adalah sharenting. Sebab, orang tua kerap tanpa sadar justru menjadi pihak pertama yang menyebarkan data pribadi anak, baik dalam bentuk foto maupun video.
Data-data itu kemudian tersebar di internet dan memudahkan oknum tak bertanggung jawab menyalahgunakannya. Oleh karena itu, diperlukan literasi digital untuk membangun kesadaran terkait pentingnya menjaga jejak digital di ranah daring.
Belum lagi risko scam, phishing, hacking, atau serangan virus komputer. Dengan jumlah pengguna internet yang begitu banyak, tidak heran kejahatan siber seperti ini terjadi.
Kesehatan mental
Kecanduan teknologi adalah masalah kesehatan mental yang serius yang disebabkan oleh penggunaan perangkat digital secara berlebihan. Adiksi ini bisa berdampak kepada kesehatan mental dan kehidupan sosial anak. Selain itu, penggunaan media sosial yang berlebihan juga seringkali dikaitkan dengan depresi dan kecemasan.
Anak-anak yang menggunakan teknologi secara berlebihan cenderung memiliki masalah kesehatan mental, kekurangan fokus, kurang kreativitas, keterlambatan dalam belajar bahasa, dan beberapa masalah sosial lainnya.
Namun demikian, tetap terdapat beberapa hal yang bisa dilakukan orang tua untuk menyikapi dampak negatif dari penggunaan teknologi.
Pemantauan dan kontrol
Orang tua dapat melakukan pemantauan dan kontrol terhadap durasi penggunaan dan konten dari teknologi yang digunakan anak. Beberapa aplikasi berupa parental control tools yang ada pada gawai bisa digunakan untuk menerapkan restriksi berupa durasi dan konten yang digunakan anak, menyesuaikan usianya. Melalui aplikasi ini, orang tua bisa mengatur limit screen time yang diperbolehkan termasuk aplikasi dan konten website yang bisa dilihat anaknya.
Mengutip laman Nutriclub.co.id diketahui bahwa American Academy of Pediatric (AAP) merekomendasikan bagi anak usia lebih dari 2 tahun agar dibatasi waktu menonton TV dan video game, yakni maksimal 2 JAM per hari.
Komunikasi
Penting bagi orang tua untuk bisa berkomunikasi dengan anaknya secara terbuka mengenai risiko-risiko yang ditimbulkan dari teknologi. Dengan adanya hak yang diberikan, anak juga dibebankan tanggung jawab. Selain itu, anak juga mesti menyadari bahwa ada konsekuensi dari tindakan yang tidak sesuai dan penyalahgunaan gadget. Dan yang tak kalah penting ialah perlunya kemampuan adaptasi orang tua sehingga juga dapat memosisikan diri sebagai teman bagi anak.
Mengetahui perkembangan anak
Tren digital bisa berubah dengan cepat, dan sangat penting bagi orang tua untuk mengetahui apa yang menjadi tren digital saat ini yang populer di kalangan generasi muda. Hal ini bisa membantu orang tua untuk membimbing anak dan melakukan tindakan ketika dibutuhkan.
Mencari alternatif dari teknologi
Sebelum teknologi menjadi secanggih sekarang, manusia memiliki caranya sendiri untuk bisa tetap terhibur. Mengenalkan hiburan yang tidak terkait teknologi seperti buku, mainan, dan olahraga luar ruang bisa menjadi alternatif untuk menghabiskan waktu si anak. Selain itu, mengatur waktu khusus tanpa gadget untuk keluarga juga bisa meningkatkan kemampuan sosial si anak dan ikatan keluarga.
Bagaimanapun, kehadiran teknologi memang banyak memudahkan kehidupan kita dewasa ini. Tapi, kita juga mesti meminimalkan dampak negatif yang bisa ditimbulkan penggunaan teknologi itu sendiri.
Anda juga bisa mengakses info.literasidigital.id untuk mendapatkan artikel-artikel sekaligus berbagai informasi mengenai kegiatan-kegiatan literasi digital yang menarik dan edukatif, guna mengoptimalkan manfaat teknologi dan meningkatkan literasi digital.