Kisah Sukses Brodo, Berawal dari Penderitaan Yukka Harlanda

Katadata
Founder Brodo Muhammad Yuka Herlanda memberi pemaparan saat webinar Katadata "Bangga UKM Indonesia" yang dilakukan secara daring.
28/6/2022, 20.17 WIB

Muhammad Yukka Harlanda kini sukses membesarkan Brodo hingga terkenal. Namun siapa sangka kesuksesan merek sepatu lokal tersebut tak terlepas dari kesulitan pria asal Bandung itu di masa lalu.

Yukka mengatakan bahwa bisnis terbangun saat dia terkendala mencari sepatu lantaran ukuran kaki yang cukup besar bagi ukuran orang Indonesia. Bahkan, untuk membeli alas kaki yang diminati, ia terpaksa harus membeli di luar negeri dengan harga relatif mahal.

“Bisnis ini dimulai dari penderitaan pribadi,” katanya sembari bercanda dalam webinar Win Local, Go Global, Bangga UKM Indonesia,  yang digelar Katadata bekerja sama dengan Kementerian Koperasi dan UKM, Selasa (28/6).

Penderitaan lain muncul saat lulusan Teknik Sipil Institut Teknologi Bandung (ITB) itu harus menjalani asistensi tugas akhir kuliah yang mewajibkan dirinya harus berpenampilan rapi. Namun, ia tidak memiliki sepatu kulit dan hanya punya sepatu untuk keperluan santai.

Ia lalu memutuskan untuk ke Jakarta untuk mencari sepatu kulit, namun tak menemukan barang yang sesuai dengan kantongnya saat itu. “Harga sepatunya sama dengan biaya hidup di Bandung per bulan,” kata dia.

Tak habis akal, Yukka bersama dengan temannya pergi ke pusat pengrajin alas kaki di Cibaduyut untuk memesan sepatu khusus sesuai dengan ukuran kakinya. Tak disangka, hasil pesanan sepatunya sangat bagus.

Singkat cerita, Yukka akhirnya memutuskan untuk memesan tiga lusin sepatu made in Cibaduyut dengan desain yang sesuai selera masyarakat. Tujuannya, menjual sepatu tersebut di pameran kampus usai ia lulus dari ITB pada 2010.

Ilustrasi brand sepatu lokal Brodo. Brodo Indonesia baru saja mendapat pendanaan dari BRI Ventures. (@bro.do / Instagram)

Total modal yang dibutuhkan untuk menjalankan bisnis ini awalnya hanya Rp 7 juta. Untuk berjualan, Yukka memilih patungan dengan rekannya yakni Putera Dwi Karunia.

“Ternyata (sepatu jualannya) sold out, seumur hidup saya baru berjualan dan memegang uang cash sebanyak itu,” katanya.

Andalkan Media Sosial

Berkaca dari pengalamannya, Yukka memberikan pesan bahwa modal besar bukanlah satu-satunya hal penting untuk memulai bisnis. Faktor lainnya adalah kualitas sumber daya manusia hingga kondisi perusahaan.

“Ada momen investor berlomba-lomba menitipkan modalnya karena kita bisa membuktikan bahwa bisnis berjalan bagus dan profitable,” katanya.

Untuk memacu penjualan, Brodo awalnya mengandalkan platform digital seperti Kaskus, Facebook, hingga Blacberry Messsenger. Setelah penjualan meningkat, mereka mulai berekspansi ke perusahaan ritel di Jakarta dan Bandung.

Yukka mengakui bahwa basis pasar Brodo berada di platform digital. Oleh sebab itu ia akan terus menggenjot penjualan sepatu lokal tersebut di media sosial.

Apalagi Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah pengguna media sosial tertinggi di dunia. “Pertumbuhan Tiktok dengan jumlah followers kita bisa menjangkau lebih banyak (pembeli),” katanya.

Reporter: Patricia Yashinta Desy Abigail