Cina Akan Kucurkan Dana Infrastruktur Rp 1.119 T Demi Pulihkan Ekonomi

ANTARA FOTO/REUTERS/Tingshu Wang/nz/cf
Ilustrasi. Ekonomi Cina diperkirakan hanya tumbuh 1% secara tahunan pada kuartal kedua tahun ini.
Penulis: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti
6/7/2022, 11.49 WIB

Cina akan menyiapkan dana investasi infrastruktur senilai 500 miliar yuan atau setara Rp 1.119 triliun (asumsi kurs Rp 2.239 per yuan) untuk memacu belanja infrastruktur dan menghidupkan kembali ekonominya yang lesu. Ekonomi Cina melambat akibat langkah pembatasan untuk menekan kasus Covid-19 dan pasar properti yang melemah. 

Mengutip Reuters, dua sumber yang mengetahui rencana ini memperkirakan dana tersebut akan mulai dibentuk pada kuartal ketiga tahun ini. Namun, sumber tak memberikan perincian lebih lanjut. Sementara itu, Kementerian Keuangan dan Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional belum menanggapi permintaan konfirmasi dari Reuters.

Cina telah meluncurkan sejumlah langkah untuk mendukung ekonomi dalam beberapa pekan terakhir. Para analis mengatakan, target produk domestik bruto resmi sekitar 5,5% untuk tahun ini akan sulit dicapai tanpa menghilangkan strategi nol-Covid-19. 

Sebagian besar dukungan untuk ekonomi terbesar kedua di dunia itu berasal dari stimulus fiskal untuk melawan dampak Covid-19 tahun ini. Bank sentral terus melonggarkan kondisi likuiditas untuk menurunkan biaya pembiayaan.

Pihak berwenang juga menggandakan dorongan infrastruktur, membersihkan buku pedoman lama untuk menghidupkan kembali ekonomi, menjanjikan 800 miliar yuan dalam kuota kredit baru dan 300 miliar yuan dalam obligasi keuangan bagi bank untuk mendanai proyek-proyek besar.

Konsumen Cina mengencangkan ikat pinggang mereka di tengah aksi besar pemutusan hubungan kerja yang dilakukan perusahaan-perusahaan dan pendapatan masyarakat yang jatuh. Sementara itu, eksportir menghadapi tantangan dari kondisi ekonomi global yang berpotensi menurun tajam karena bank sentral utama memperketat kebijakan untuk melawan inflasi. 

Analis menilai, perang Ukraina, biaya bahan baku yang tinggi, dan hambatan rantai pasokan juga menimbulkan risiko terhadap prospek. Untuk saat ini, inflasi harga konsumen di Cina masih terkendali sehingga memberikan ruang bagi pihak berwenang untuk merangsang ekonomi. Namun, beberapa analis memperingatkan faktor pendorong biaya global dapat mulai muncul pada harga domestik di akhir tahun.

Menyalurkan lebih banyak uang ke proyek infrastruktur besar-besaran adalah langkah Beijing yang paling memungkinkan. Namun, analis memperkirakan dorongan ini tidak cukup karena  pengeluaran properti melemah.

Dengan tingkat pengembalian proyek-proyek tradisional seperti jalan raya, kereta api, dan bandara yang sekarang jauh lebih rendah, Cina telah mencoba memperluas infrastruktur baru yang berfokus pada 5G, kecerdasan buatan, dan data.

 

Wang Yiming, penasihat kebijakan bank sentral, mengatakan pada sebuah forum pada akhir Juni bahwa Cina menghadapi kesulitan besar dalam mencapai target pertumbuhan dan menyarankan agar mempertimbangkan untuk menaikkan defisit anggaran atau menerbitkan obligasi khusus.

Cina harus mencapacpertumbuhan ekonomi pada paruh kedua 2022 sebesar 7% hingga 8% untuk mencapai target sepanjang tahun ini sebesar 5,5%. Dia memperkirakan ekonomi Cina akan tumbuh sekitar 1% pada kuartal kedua secara tahunan, melambat tajam dari kecepatan kuartal pertama sebesar 4,8%.