Di tengah penjajakan koalisi yang dilakukan berbagai partai menuju pemilihan umum (Pemilu), petinggi PDI Perjuangan dan PAN menunjukkan keakraban. Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto bersepeda santai sembari berbincang dengan Sekjen Partai Amanat Nasional (PAN) Eddy Soeparno di kawasan Jakarta.
Hasto sempat mengutarakan ajakan kerja sama melibatkan kedua partai. “Kami menawarkan kerja sama untuk meningkatkan kualitas kader seperti pelatihan bersama melalui Sekolah Partai,” kata Hasto pada Jumat (15/7).
Eddy pun menyambut baik tawaran yang dilontarkan Hasto kala itu.“Ide bagus itu,” katanya.
Eddy menyebut pertemuannya dengan Hasto merupakan silaturahmi dua sahabat lama. Usai berbincang, kedua Sekjen saling sepakat untuk melanjutkan perbincangan kerja sama itu di kesempatan lain.
Pengamat Komunikasi Politik Universitas Esa Unggul, Jamiluddin Ritonga, mengatakan pertemuan dua petinggi partai bisa memberi dampak hubungan kedua partai semakin erat. Apalagi, jika keduanya melakukan pertemuan secara intensif.
“Jadi kalau itu dilakukan secara terencana, berulang, dan terus menerus, itu dimungkinkan mempererat kedua partai,” kata dia.
Kedua partai bisa memulai dengan saling kerja sama pendidikan politik secara umum. Namun, bila terkait ideologi akan sulit terwujud karena orientasi kedua partai yang berbeda.
“PDIP itu lebih cenderung penekanannya kepada marhaenisme atau ajaran ajaran Soekarno. Mereka kerap kali melakukan pendidikan politik dengan materi itu. Sementara PAN kan tidak ke arah itu,” ujar Jamiluddin.
Meski hubungan kedua partai erat, Jamil masih sangsi jika PDIP bersedia merapat ke PAN yang sudah bergabung dengan Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) untuk menghadapi Pemilu 2024.
Dia justru melihat adanya peluang PDIP bersama Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR) dengan menokohkan Puan Maharani dan Prabowo Subianto. “Kalau ke KIB, saya melihat lebih kecil. Lebih besar peluangnya ke Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya,” tuturnya.
Dia mmperkirakan PDIP tidak akan berdiri sendiri dalam kontestasi Pemilu mendatang. Sebabnya, belum ada partai politik di Indonesia yang berhasil memenangkan Pemilu tanpa koalisi sejak era reformasi.
“Karena itu, kalau mereka ingin hatrick atau tiga kali menang berturut-turut, saya berpikir mereka gambling kalau tidak berkoalisi,” katanya.
Lembaga Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Kompas merilis hasil survei elektabilitas parpol periode Juni 2022.
Survei dibagi menjadi 3 simulasi yaitu Partai Papan Atas, Partai Papan Menengah dan Bawah, dan Partai Non-parlemen Pusat. Di Partai Papan Atas, PDIP masih meraih elektabilitas tertinggi, yakni 22,8% suara responden. Meski masih di posisi teratas, perolehan elektabilitas PDIP cenderung tetap dibandingkan hasil survei sebelumnya, yaitu pada Januari 2022. Berikut grafik Databoks: