Jokowi Temui Direktur IMF, Ini Bocoran dari Sri Mulyani

123rf/maksym yemelyanov
Ilustrasi: Presiden Jokowi temui Direktur International Monetary Fund (IMF).
Penulis: Adi Ahdiat
17/7/2022, 17.08 WIB

Presiden Jokowi mengadakan pertemuan dengan Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva di Istana Bogor, Jawa Barat, Minggu (17/7/2022).

Hal ini diungkapkan Menteri Keuangan Sri Mulyani melalui akun Instagram resminya @smindrawati.

"Siang ini di Istana Bogor, bersama Menko @airlanggahartarto_official mendampingi Managing Director IMF @kristalina.georgieva menghadap Presiden Jokowi," tulis Sri Mulyani di akun tersebut, Minggu (17/7/2022).

Menurut Sri Mulyani, dalam pertemuan ini Direktur IMF Kristalina Georgieva menyampaikan tantangan kondisi ekonomi global terkini yang makin menantang, mulai dari inflasi tinggi, kenaikan harga pangan dan energi, serta banyaknya negara yang sedang dalam kondisi krisis.

Namun, di tengah situasi tersebut perekonomian Indonesia masih dinilai baik.

"Indonesia dalam situasi yang jauh lebih baik, dilihat dari berbagai indikator ekonomi seperti pertumbuhan ekonomi, inflasi, nilai tukar, neraca pembayaran, fiskal dan moneter. Juga penanganan Covid yang sangat baik memungkinkan pemulihan ekonomi Indonesia terus berjalan kuat," ungkap Sri Mulyani.

Dalam pertemuan ini Direktur IMF juga menyampaikan hasil penyelenggaraan pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral G20 di Bali yang sangat baik, dengan adanya kesepakatan dan pembahasan isu-isu yang sangat substantif seperti krisis pangan, ancaman inflasi dan resesi dunia, serta penanganan krisis di negara miskin.

"Kepemimpinan Presiden Jokowi dan Indonesia di G20 sangat diandalkan dan diharapkan untuk ikut mampu menurunkan risiko geopolitik global dan perang yang telah dan terus mengancam kemakmuran seluruh penduduk dunia dan menimbulkan perlemahan perekonomian global," jelas Sri Mulyani.

Sebelumnya, hal senada juga tercatat dalam laporan survei ekonom Bloomberg tentang risiko resesi negara-negara di Asia Pasifik.

Menurut hasil survei Bloomberg, peluang Indonesia mengalami resesi hanya sebesar 3%. Angka ini jauh lebih rendah ketimbang tingkat risiko yang dihadapi sejumlah negara lain di kawasan Asia Pasifik, seperti Sri Lanka, Selandia Baru, Korea Selatan, dan Jepang.