Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) menyatakan wabah cacar monyet sebagai darurat kesehatan global karena sudah menyebar di 75 negara. Meski begitu, Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mengatakan, penyakit cacar monyet atau Monkeypox belum masuk kriteria sebagai pandemi di dunia.
"Cacar monyet sebenarnya kategorinya masih di bawah pandemi. Jadi belum masuk pandemi," kata Budi Gunadi Sadikin usai peluncuran Platform SatuSehat di Hotel Raffles Jakarta, Selasa (26/7).
Dengan status darurat kesehatan tersebut, WHO menyarankan protokol kesehatan perlu dijaga. "Surveilans-nya masih dijaga, kalau bisa vaksinasi dan pengobatan-nya disiapkan," kata Budi.
Budi mengatakan upaya pelacakan kasus cacar monyet di dalam negeri relatif lebih mudah jika dibandingkan mendeteksi pasien Covid-19.Penyakit yang kini menjangkiti sekitar 16.000 pasien di dunia itu memiliki gejala spesifik yang bisa dilihat dengan kasat mata, seperti ruam merah pada kulit tangan atau wajah, benjolan pada selangkangan hingga lesi atau benjolan kecil berisi cairan di bawah permukaan kulit.
"Jadi saya bilang, surveilans-nya mudah, karena itu gejalanya fisik. Tes-nya secara bakteriologis dilakukan PCR, Kemenkes sudah ada alat PCR dan reagen," katanya.
Budi memperkirakan, Indonesia sudah memiliki kemampuan yang cukup dalam melakukan surveilans Monkeypox di seluruh provinsi pada bulan ini.
Hingga sekarang, Kemenkes sedang berupaya menambah kebutuhan reagen PCR Monkeypox dengan cara mendatangkan secara impor dari China. Sehingga ketersediaan reagen PCR yang kini tersedia 500 unit di Indonesia bisa ditambah.
Selain itu, Kemenkes juga berupaya memasok kebutuhan obat-obatan Monkeypox untuk mengantisipasi munculnya pasien yang butuh perawatan medis.
Kemenkes telah mendeteksi sembilan suspek cacar monyet di Indonesia. Tapi setelah dilakukan uji laboratorium, seluruhnya dinyatakan negatif.
Hingga kini, kasus cacar monyet telah menyebar ke 75 negara di dunia. Mengutip data Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), total kasus konfirmasinya sudah mencapai 18.095 kasus hingga 25 Juli 2022.