Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menilai tambahan investasi PT Krakatau Steel Tbk dan Pohang Iron and Steel Company (POSCO) senilai US$ 3,5 miliar atau Rp 52,2 triliun bakal memperkokoh ekosistem industri baja dan otomotif di dalam negeri.
Seluruh investasi tersebut akan disuntikkan untuk usaha patungan Krakatau Steel dan POSCO, yakni PT Krakatau Posco mulai mulai 2023. Krakatau Posco akan menggunakan dana untuk menambah kapasitas produksi baja, khususnya baja untuk kendaraan listrik atau EV.
"Sesuai arahan Presiden dalam mengurangi impor bahan baku, hari ini penandatanganan MoU kerja sama strategis antara Krakatau Steel dan Posco di bidang industri baja, disaksikan Pak Presiden," kata Menteri BUMN Erick Thohir dalam keterangan resmi dikutip Jumat (29/7).
Tambahan investasi ini juga akan memperbaiki arus keuangan Krakatau Steel. Saat ini, Krakatau Steel berhasil menempuh restrukturisasi utang dan mulai mencetakkan laba setelah konsisten merugi delapan tahun berturut-turut.
"Bayangkan bertahun-tahun, delapan tahun rugi terus, tapi tahun lalu Krakatau Steel sudah bisa untung Rp 800 miliar," kata Erick.
Erick mengatakan salah satu peritmbangan POSCO dalam menambah investasi adalah cadangan sumber daya alam yang besar dalam pengembangan industri EV.
Strategi tersebut sejalan dengan rencana Krakatau Steel untuk meningkatkan kapasitas produksi baja canai dingin (CRC) sebanyak 1,2 juta ton per tahun menjadi 2 juta ton per tahun. Hal tersebut dilakukan dengan pembangunan Cold Rolling Mill 2 pada awal 2024 dan ditargetkan beroperasi pada akhir 2024.
Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim sebelumnya mengatakan investasi yang dibutuhkan untuk pembangunan CRM 2 mencapai US$ 700 juta. CRM 2 direncanakan memiliki kapasitas produksi maksimum sebanyak 1,1 juta ton per tahun.
Saat ini, emiten industri baja berkode KRAS ini memiliki kapasitas produksi maksimum CRC sebanyak 800.000 ton. Secara sederhana, CRC adalah bahan baku untuk pembuatan kerangka mobil.
KRAS saat ini telah memasok baja ke industri otomotif sejak 2018 melalui PT Krakatau Nippon Steel Synergy. Pada 2019, penjualan baja KRAS ke sektor otomotif mencapai 350.000 ton.
Selain itu, Krakatau akan meningkatkan kapasitas produksi maksimum pabrik Hot Steel Mill 2 menjadi 3,9 juta ton. Saat ini, produksi maksimum Hot Steel Mill 2 baru mencapai 1,5 juta ton per tahun.
Silmy menargetkan kapasitas produksi maksimum Hot Steel Mill 2 mencapai 4 juta ton. Dengan demikian, produksi baja canai panas atau HRC KRAS akan mencapai 6,5 jtua ton.
HRC adalah lembaran baja yang digulung saat temperatur baja masih tinggi. Baja ini umumnya digunakan sebagai bahan baku konstruksi, seperti dinding, lantai, atap, maupun kerangka.
"Bangunan Hot Steel Mill 2 sudah ada, jadi tinggal ditambah beberapa peralatan produksi dan kapasitas produksi maksimum Hot Steel Mill 2 bisa sampai 4 juta ton," kata Silmy.