Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan Indonesia telah swasembada beras. Hal tersebut ditunjukkan dengan kecukupan cadangan per bulan dari 2019 hingga Juni 2022 dalam survei cadangan beras nasional atau SCBN 2022.
Berdasarkan hasil survei, stok beras tidak kurang dari 9 juta ton pada Maret, April, dan Juni tahun ini. Survei tersebut dilakukan di 34 provinsi pada 47.817 sampel dengan sampel rumah tangga mencapai 33.717 unit.
"Stok beras kita mencukupi dan akan terus bertambah seiring dengan adanya panen tiap bulan hingga akhir Desember 2022. Indonesia Swasembada Beras," kata Deputi Bidang Statistik Produksi BPS M Habibullah, Senin (8/8).
Secara rinci, stok beras pada akhir kuartal I-2022 adalah 9,11 juta ton, sementara itu pada akhir semester I-2022 mencapai 9,71 unit. Stok terbesar per Juni 2022 ada di rumah tangga atau sebanyak 6,6 juta ton.
Habibullah mencatat rata-rata stok beras di rumah tangga konsumen adalah 9-10 kilogram (Kg) per rumah tangga. Adapun, rata-rata stok di rumah tangga produsen mencapai 390-443 Kg per rumah tangga produsen.
Stok terbanyak selanjutnya disimpan oleh Perum Bulog yang mencapai 1,11 juta ton. Adapun, stok di pedagang sebanyak 1,04 juta ton, di penggilingan sekitar 690.000 ton, dan di hotel, restoran, kafe, dan industri lainnya sebanyak 280.000 ton.
Kementerian Pertanian (Kementan) menyatakan SCBN menjadi penting untuk menentukan program penguatan produksi pada masa depan. Pasalnya, Indonesia termasuk salah satu negara yang dihadapkan ancaman krisis global.
Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementan Suwandi mengaku terus ditantang untuk tidak mengimpor beras umum sejak 2019. Selain itu, Kementan juga ditantang untuk meningkatkan produksi beras setiap tahunnya.
Berdasarkan data BPS, tantangan tersebut gagal dijawab oleh Kementan pada tahun lalu. Pasalnya, produksi beras per 2021 tercatat turun sekitar 30.000 ton dari capaian 2020 menjadi 31,33 juta ton.
Adapun, realisasi produksi 2020 tercatat naik 50.000 ton dari capaian stok beras 2019 sebanyak 31,31 juta ton menjadi 31,36 juta ton. Suwandi berharap dapat meningkatkan kolaborasi dengan BPS agar memiliki gambaran kondisi beras nasional yang lebih utuh.
"Pasalnya, saya ditambah tugas lagi yang harus diwujudkan bareng-bareng yaitu produktivitas harus naik, bahkan supaya lebih tinggi lagi dari yang sekarang," kata Suwandi.
Rektor IPB Arif Satria mengatakan data menjadi kata kunci krusial dalam manajemen logistik pangan nasional. Dengan demikian, keselarasan antara BPS dan Kementan menjadi penting.