Frans Kaisiepo, Tokoh Papua yang Diabadikan di Uang Kertas Rp 10 Ribu

Antara
Uang nominal Rp 10 ribu yang bergambar Frans Kaisiepo. Foto: Antara
18/8/2022, 14.54 WIB

Bank Indonesia telah meluncurkan tujuh pecahan uang rupiah kertas emisi tahun 2022 pada hari ini. Uang kertas baru diterbitkan untuk pecahan Rp 1.000 hingga Rp 100 ribu. 

Salah satu tokoh yang tetap diabadikan menjadi gambar utama adalah Frans Kaisiepo. Sosok Frans tetap gambar utama bagian depan pada rupiah pecahan Rp 10 ribu. 

Frans Kaisiepo adalah pahlawan nasional Indonesia yang lahir di Wardo, Biak, 10 Oktober 1921. Dikutip dari laman Provinsi Papua, Frans terlibat dalam konferensi Malino sebagai wakil Papua untuk untuk membahas pembentukan Republik Indonesia Serikat (RIS).

Ia juga merupakan tokoh yang mengusulkan nama Irian, berasal dari bahasa Biak yang berarti beruap.

Frans pernah mengenyam pendidikan guru agama Kristen di Manokwari dan sekolah kursus peawai Papua. Ia juga merupakan tokoh yang mendukung bergabungnya Nugini Belanda (sekarang Papua) ke Indonesia.

Frans pernah ditangkap pada 1954 hingga 1961 lantaran terlibat dalam pemberontakan melawan Belanda. Sebelumnya, dia menolak ditunjuk sebagai pemimpin delegasi Nugini Belanda dalam Konferesi Meja Bundar lantaran merasa didikte.

Bebas dari penjara, Frans lalu mendirikan Partai Irian untuk mempercepat bergabungnya Nugini Belanda bergabung dengan Indonesia. Hal ini bersamaan dengan pidato Tri Komando Rakyat (Trikora) yang dikumandangkan Presiden RI Soekarno.

Bandara Frans Kaisiepo di Biak, Papua (Frans Kaisiepo airport/instagram)

Belanda, yang ditekan oleh Amerika Serikat, akhirnya memutuskan untuk menyerahkan wilayah Irian Barat ke Indonesia. Hal tersebut seiring ditandatanganinya Perjanjian New York pada 1962.

Frans Kaisiepo lalu menjadi Gubernur Irian Barat pada 1964 hingga 1973. Usai menjadi gubernur, ia lalu menjadi anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) tahun 1973 dan anggota Dewan Pertimbangan Agung (DPA) pada 1977.

Frans Kaisiepo wafat pada 10 April 1979 dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Cendrawasih di Kampung Mokmer, Kabupaten Biak Numfor. Namanya kini juga diabadikan sebagai bandara di Biak.