Pemerintah menegaskan program konversi kompor elpiji 3 kilogram (kg) menjadi kompor listrik induksi tahun ini resmi ditunda. Keputusan tersebut disambut positif karena konversi ini dirasa tak ramah bagi para calon penerima yakni pelanggan bersubsidi PLN berdaya 450 volt ampere (VA) dan 900 VA.
Anggota Komisi VII Ramson Siagian menilai program konversi kompor listrik sebagai langkah panik PLN dalam mengatasi masalah kelebihan pasokan atau oversupply listrik.
"PLN membuat keputusan yang mendadak, padahal untuk kebijakan energi itu harus ada keputusan dari pemerintah dan DPR komisi VII," kata Ramson dalam Energy Corner CNBC, Senin (26/9).
Ramson menjelaskan, langkah ini bermula dari rencana pemerintah yang ingin membangun pembangkit listrik 35.000 megawatt (MW) dengan prediksi pertumbuhan atau penyerapan listrik mencapai 6,4% per tahun. Rasa optimis ini dilatarbelakangi oleh asumsi pertumbuhan ekonomi yang mencapai 7% per tahun.
Namun sayangnya, harapan serapan listrik yang ditarget 6,4% per tahun tak kunjung tercapai. Pada beberapa tahun belakangan, konsumsi listrik hanya menyentuh 4,9%. Adanya pandemi Covid-19 dan belum pulihnya aktivitas masyarakat usai menurunnya pandemi menjadi salah satu faktor penyebabnya.
"Faktanya realisasi konsumsi listrik hanya 4,9% karena Pandemi Covid-19 dan ada perlambatan pertumbuhan ekonomi sebelum pandemi, sehingga ada oversupply. Konversi kompor listrik bukan kebijakan proaktif dan strategis dan jangka panjang, tetapi hanya bersifat reaktif," kata Ramson.
Kebijakan yang reaktif di sektor energi dinilai akan menimbulkan dampak negatif yang serius di masa depan. Ramson menjelaskan, saat kondisi penyerapan atau konsumsi listrik sudah normal, program konversi kompor listrik induksi bisa membahayakan jutaan rakyat kecil yang disasar menjadi target penerima.
Saat ini pemerintah sedang melaksanakan uji coba program konversi kompor listrik induksi dengan target penyaluran 300.000 unit hingga akhir tahun 2022. Program uji coba ini mengutamakan para warga yang berlangganan listrik PLN 450 VA dan 900 VA.
Pemerintah berencana meningkatkan capaian target penerima kompor listrik gratis selama tahun 2022 sampai 2025 mencapai 15,3 juta Kelurga Penerima Manfaat atau KPM. "Kalau pertumbuhan ekonomi dan permintaan listrik normal, ini dalam 5 tahun akan membahayakan jutaan rakyat kecil," tukas Ramson.
Membebani Penerima Program Konversi
Anggota Dewan Energi Nasional atau DEN, Satya Widya Yudha mengatakan program pengalihan kompor elpiji 3 kg menjadi kompor listrik induksi merupakan langkah yang tergesa-gesa dan minim sosialisasi.
Satya menjelaskan, kompor induksi merupakan kompor yang memiliki sifat statis. Artinya, kompor tersebut harus berada di ruang lingkup terbatas yang tak bisa jauh dari saluran daya listrik. Panjang kabel pun terbatas dan ala kadarnya.
Kondisi yang demikian dinilai tak sesuai dengan kebutuhan masyarakat menengah ke bawah yang mayoritas adalah pedangang dan pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
"Kompor induksi kalau mau dipindah agak sulit, apalagi bagi penerima yang sehari-harinya jualan. Berbeda dengan kompor elpiji 3kg yang lebih mudah dibawa kemana saja. Terutama rakyat kecil dan UMKM yang jualan gorengan. Itukan harus dibawa kompornya," kata Satya dalam forum yang sama.
Mantan Wakil Ketua Komisi VII DPR itu menambahkan, klaim kompor listrik induksi sebagai medium ramah lingkungan tak sepenuhnya benar. Alasannya, suplai listrik yang dihasilkan mayoritas berasal dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batu bara.
Adapun PLN membutuhkan tambahan pasokan batu bara untuk pembangkitan listrik seiring meningkatnya konsumsi listrik hingga mencapai 5,3 terawatt jam (TWh). Pada tahun ini, PLN membutuhkan tambahan pasokan batu bara sebanyak 7,7 juta ton.
"Saya kira untuk jangka panjang, emisi karbon masih tinggi karena PLTU masih menggunakan batu bara. Listrik yang dihasilkan masih mengeluarkan emisi tinggi walau dalam konteks kompornya sudah menekan jumlah emisi," sambungnya. "DEN sepakat dengan pemerintah untuk menunda program konversi kompor induksi."
Masih menurut Satya, program pengalihan kompor elpiji 3 kg ke kompor induksi lebih baik diterapkan pada masyarakat menengah ke atas dengan daya berlangganan listrik PLN di antara 3.500 VA sampai 4.000 VA ke atas.
Hal tersebut dirasa lebih mudah karena PLN tak perlu lagi membuat saluran listrik baru dan menaikan daya listrik pelanggan 450 VA dan 900 VA menjadi 3.500 VA dan 4.400 VA. Satya juga mengatakan kewajiban PLN untuk membuat saluran listrik baru bagi para penerima kompor listrik induksi akan menambah beban negara.
"Akan lebih mudah mengimplementasikannya di kelas menengah karena harga listrik dan daya yang dimiliki sudah lebih tinggi karena daya listrik mereka rata-rata sudah di atas 4.400 VA," ujar Satya.