Profil Susilo Bambang Yudhoyono, Presiden ke-6 Indonesia

instagram/aniyudhoyono
Ilustrasi, SBY bersama lukisan miliknya.
Penulis: Ghina Aulia
Editor: Agung
26/9/2022, 12.41 WIB

Profil Susilo Bambang Yudhoyono selalu menarik dibahas. Selain karena ia merupakan salah satu Persiden Republik Indonesia yang pernah menjabat, sosoknya masih sangat dekat dengan masyarakat Indonesia.

Sosok yang akrab disapa SBY ini, lahir di Desa Tremas, Arjosari, Pacitan, Jawa Timur, pada 9 September 1949. Ia merupakan anak tunggal dari pasangan R. Soekotjo dan Sitti Habibah.

Darah prajurit menurun dari ayahnya yang pensiun sebagai Letnan Satu. Sementara ibunya, Siti Habibah, merupakan putri salah seorang pendiri Pondok Pesantren Tremas.

Salah satu yang membuat profil Susilo Bambang Yudhoyono menarik untuk dibahas, adalah karena ia merupakan Presiden Indonesia pertama yang dipilih langsung oleh rakyat.

Sebelumnya, presiden dipilih melalui pemungutan suara yang dilakukan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR).

Berikut ini, adalah profil Susilo Bambang Yudhoyono, yang merupakan Presiden Indonesia ke-6, dikutip dari Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan.

Sejak Kecil Bercita-cita Menjadi Tentara

Bicara mengenai profil Susilo Bambang Yudhoyono, tentu tidak lengkap jika tidak membicarakan karir militernya.

Sejak kecil, ia sudah bercita-cita menjadi tentara. Selain karena peran sang ayah, SBY juga terkesima kala mengunjungi Akadami Militer Nasional (AMN), yang kelak berubah nama menjadi Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Akabri).

SBY diketahui mengunjung AMN pada 1961 silam, saat dirinya masih duduk di bangku kelas lima sekolah dasar, yang kala itu bernama Sekolah Rakyat (SR).

Meski demikian, tekad untuk masuk ke akademi militer ini tidak langsung ia wujudkan selepas menyelesaikan pendidikan di sekolah menengah atas (SMA).

Saat ia lulus SMA pada 1968 silam, ia tidak langsung masuk Akabri. Melainkan, masuk ke Pendidikan Guru Sekolah Lanjutan Pertama (PGSLP) di Malang, Jawa Timur. Selagi belajar di PGSLP Malang, ia mempersiapkan diri untuk masuk Akabri.

Keinginan itu terwujud dua tahun kemudian. Pada 1970, SBY berhasil masuk Akabri, di Magelang, Jawa Tengah.

Semasa pendidikan militer, SBY yang mendapat julukan Jerapah, sangat menonjol. Terbukti, ia meraih predikat lulusan terbaik Akabri 1973, dan menerima penghargaan lencana Adhi Makasaya.

Selama berkarir di militer, SBY beberapa kali mengikuti pelatihan, baik di dalam maupun luar negeri. Beberapa pelatihan yang diikuti, antara lain:

  • American Language Course, Lackland, Texas AS, 1976
  • Airbone and Ranger Course, Fort Benning , AS, 1976
  • Infantry Officer Advanced Course, Fort Benning, AS, 1982-1983
  • On the job training di 82-nd Airbone Division, Fort Bragg, AS, 1983
  • Jungle Warfare School, Panama, 1983
  • Anti Tank Weapon Course di Belgia dan Jerman, 1984
  • Kursus Komando Batalyon, 1985
  • Sekolah Komando Angkatan Darat, 1988-1989
  • Command and General Staff College, Fort Leavenwort, Kansas, AS
  • Master of Art (MA) dari Management Webster University, Missouri, AS

Meniti Karir Militer yang Cemerlang

Selain riwayat pendidikan militernya yang baik, profil Susilo Bambang Yudhoyono juga diwarnai karir yang cemerlang, sejak ia lulus Akabari.

Sejak lulus dari Akabri pada 1973 silam, Susilo Bambang Yudhoyono mengawali karir sebagai Komandan Peleton III di Kompi Senapan A, Batalyon Infantri Lintas Udara 330 Komando Strategis Angkatan Darat (Kostrad). Posisi ini ia pegang selama dua tahun, yakni 1974-1976.

Batalyon Infantri Lintas Udara 330 adalah, salah satu dari tiga batalyon di Brigade Infantri Lintas Udara 17 Kujang I/Kostrad, yang memiliki reputasi sangat baik dalam berbagai operasi militer.

Saat memegang posisi sebagai Komandan Peleton ini, SBY berkesempatan mengikuti pendidikan lintas udara (airborne) dan pendidikan pasukan komando di Ford Benning, Georgia, 1975.

Setelah menyelesaikan pendidikan singkat tersebut, ia kemudian dipercaya memangku jabatan Komandan Peleton II Kompi A Batalyon
Linud 305/Tengkorak pada 1976-1977. Ia pun memimpin peleton ini bertempur di Timor Timur.

Sepulang dari Timor Timur, ia menjadi Komandan Peleton Mortir 81 Yonif Linud 330 Kostrad (1977). Setelah itu, ia ditempatkan sebagai Pasi-2/Ops Mabrigif Linud 17 Kujang I Kostrad (1977-1978), Dan Kipan Yonif Linud 330 Kostrad (1979-1981), dan Paban Muda Sops SUAD (1981-1982).

Ketika Edi Sudradjat menjabat Panglima ABRI, yakni pada 1993, SBY ditarik ke Markas Besar (Mabes) ABRI, untuk menjadi Koordinator Staf Pribadi Panglima ABRI Jenderal Edi Sudradjat.

Tak lama menjabat sebagai staf di Mabes ABRI, Susilo Bambang Yudhoyono kembali bertugas di satuan tempur, dengan diangkat menjadi Komandan Brigade Infantri Lintas Udara 17 Kujang I/Kostrad (1993-1994).

Karirnya di militer semakin melesat, dengan menjabat sebagai Asops Kodam Jaya (1994-1995) dan Danrem 072/Pamungkas Kodam IV/Diponegoro (1995).

Tak lama kemudian, ia dipercaya bertugas ke Bosnia Herzegovina untuk menjadi perwira PBB, pada 1995 silam. Ia menjabat sebagai Kepala Pengamat Militer PBB (Chief Military Observer United Nation Protection Force).

Pasukan ini bertugas mengawasi genjatan senjata di bekas negara Yugoslavia berdasarkan kesepakatan Dayton, AS antara Serbia, Kroasia dan Bosnia Herzegovina.

Setelah kembali dari Bosnia, ia diangkat menjadi Kepala Staf Kodam Jaya (1996). Kemudian, ia menjabat sebagai Pangdam II/Sriwijaya (1996-1997), sekaligus Ketua Bakorstanasda dan Ketua Fraksi ABRI MPR (Sidang Istimewa MPR 1998).

Setelah itu, SBY menjabat sebagai Kepala Staf Teritorial (Kaster) ABRI (1998-1999). Penampilan publiknya mulai menonjol saat menjabat Kepala Staf Teritorial ABRI tersebut.

Masuk Panggung Politik

Profil Susilo Bambang Yudhoyono di bidang politik dimulai dari 2000. Saat itu ia memutuskan untuk pensiun dini dari kemiliteran.

Saat itu, ia dipercaya menjabat sebagai Menteri Pertambangan dan Energi pada masa pemerintahan Presiden K.H Abdurrahman Wahid, atau yang akrab dipanggil Gus Dur.

Ketika itu, SBY masih berpangkat letnan jenderal dan akhirnya pensiun dengan pangkat jenderal kehormatan.

Tak lama kemudian, SBY meninggalkan posisinya sebagai Menteri Pertambangan dan Energi, karena Gus Dur memintanya menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Politik, Sosial, dan Keamanan (Menkopolsoskam), menggantikan Jenderal Wiranto.

Posisi di kabinet pemerintahan kembali dilanjutkan di masa pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri. Kala itu, SBY dipercaya menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan (Menkopolkam)

Tugas terberatnya sebagai Menkopolkam adalah, mengembalikan kepercayaan masyarakat dan dunia bahwa keamanan di Indonesia dapat diwujudkan.

Faktor keamanan inilah yang kerap dijadikan investor asing untuk membatalkan rencana investasinya di Indonesia.

Sementara, dari dalam negeri masyarakat merasa was-was dengan berbagai gangguan seperti teror bom yang sering terjadi.

Persoalan lainnya adalah, upaya menghentikan pertikaian di daerah konflik, yang secara perlahan memperlihatkan kemajuan.

Maju Menjadi Presiden Republik Indonesia

Pada 11 Maret 2004, ia memilih mengundurkan diri dari jabatan Menkopolkam, untuk berkonsentrasi dalam karir politik.

Langkah pengunduran diri ini dinilai berbagai pihak membuatnya lebih leluasa menjalankan hak politik, yang akan mengantarkannya ke kursi puncak kepemimpinan nasional.

Popularitasnya telah mendongkrak perolehan suara Partai Demokrat pada Pemilu legislatif 2004, yang menduduki peringkat lima dan mengantarkannya menjadi calon presiden.

Tak lama setelah Pemilu Legislatif April 2004, SBY pun secara resmi meminta kesediaan Jusuf Kalla mendampinginya sebagai Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden. Keduanya dicalonkan Partai Demokrat, PKPI dan PBB.

Pada Pemilu Presiden putaran pertama 5 Juli 2004, pasangan Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla memperoleh 39.838.184 suara (33,574%). Diikuti pasangan Megawati-Hasyim Muzadi dengan jumlah suara 31.569.104 (26,6%).

Kedua pasangan ini, akhirnya maju ke Pemilu Presiden tahap kedua, yang dilaksanakan pada 20 September 2004.

Kemudian, pada Pemilu Presiden putaran kedua, pasangan yang kerap disebut SBY-JK ini meraih kepercayaan mayoritas rakyat Indonesia, dengan perolehan suara di atas 60%.

Pada periode berikutnya, SBY kembali mencalonkan diri. Namun kali ini dirinya berpasangan dengan Boediono, dan berhasil kembali menjabat.

Presiden dengan Jiwa Seni yang Tinggi

Tak hanya dikenal sebagai perwira militer yang cakap, serta sebagai seorang negarawan. Profil Susilo Bambang Yudhoyono juga dihiasi jiwa seni yang tinggi.

SBY cukup dikenal rajin menciptakan lagu. Bahkan, lagu ciptaannya acapkali dinyanyikan dalam berbagai kesempatan ketika dirinya menjabat presiden, mulai dari acara kenegaraan hingga acara santai.

Tak hanya itu, sejumlah lagu ciptaannya SBY itu pun dipopulerkan oleh artis-artis ternama. Adapun, lagu-lagu ciptaan SBY yang populer di antaranya berjudul "Malam Sunyi di Cipaganti", "Ku Yakin Sampai di Sana", "Kembali", "Jiwaku Tenang di Malam Itu", dan "Berkelana ke Ujung Dunia".

Selain itu, SBY juga mempublikasi karya berupa tembang yang khusus dipersembahkan untik mendiang sang Istri. Bertajuk ‘4 Tembang Kenangan untuk Istri Tercinta,’ tembang tersebut sangat menggambarkan rasa rindu dan cinta dari SBY kepada istrinya.

Selain lagu, SBY juga memiliki hobi melukis. Hobi ini ia tekuni sejak ia masih duduk di bangku sekolah menengah pertama (SMP).

Beberapa lukisannya dikenal masyarakat setelah dikirimkan melalui laman Instagramnya, antara lain "I Understand More the Meaning of Life" dan "Diilhami Pacitan".