Pemerintah bersama PLN tengah melakukan uji coba konversi kompor elpiji 3 kilogram menjadi kompor listrik induksi di Solo, Jawa Tengah dan Kabupaten Badung, Bali. Adapun program ini menyasar 300.000 keluarga penerima manfaat atau KPM yang terdiri dari pelanggan berdaya 450 Volt Ampere (VA) dan 900 VA.
Ujicoba program konversi kompor induksi memperoleh beragam tanggapan dari warga penerima, mulai dari listrik yang turun (jeglek) karena belum ditambah daya, hingga biaya untuk membeli token listrik yang meningkat. Meski demikian ada yang merasakan menggunakan kompor listrik lebih hemat dibandingkan kompor elpiji.
Masak Lebih Lama dan Tidak Bisa Terburu-buru
Supriyani. Warga RT 02/RW 03 Kelurahan Mojo, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Solo merasakan masak menggunakan kompor listrik induksi lebih lama dibandingkan menggunakan kompor elpiji.
"Kalau masaknya santai tidak apa-apa. Tapi pas buru-buru, misal masakin anak mau sekolah, kan harus tunggu panas dulu jadinya lama," ujar Supriyani, dikutip dari suarasurakarta.id pada Selasa (27/9).
Pada awal pemakaian kompor listrik ia juga sempat mengalami kendala karena listrik di rumahnya yang hanya 900 VA belum ditambah daya oleh PLN. Daya listrik yang terpasang di rumahnya itu tak kuat menahan kebutuhan daya kompor listrik. Namun, kondisi ini berlangsung kurang lebih satu bulan.
"Awal-awal penggunaan itu listriknya sering jeglek (mati). Biasa itu kalau dihidupkan bareng sama magicom dan sanyo (pompa air) langsung mati," ujar Supriyani.
Lebih lanjut, wanita 42 tahun ini mengatakan, kondisi jeglek yang sempat dirasakan kini sudah diatasi oleh PLN yang melakukan pengaturan daya listrik. "Sekarang kalau dihidupkan bareng magicom dan pompa air tidak mati lagi," ungkap dia.
Alat Masak Terbatas
Selain Supriyani, ada Retno Mardi Ningsih. Warga asal Solo yang menerima paket konversi kompor induksi ini mengatakan jika dirinya terkendala dengan alat masak khusus kompor induksi. Retno mengaku, walau sudah menerima kompor listrik, dia masih menggunakan kompor elpiji untuk keperluan lain seperti memasak air.
"Peralatan masak masih kurang memadai dan harus khusus, kalau pakai kompor gas semua bisa pakai. Saya masih memakai kompor gas," kata Retno.
Biaya Listrik Meningkat
Pemakaian kompor induksi juga dinilai menyerap pulsa atau token listrik lebih banyak. Sebelum menggunakan kompor listrik, Retno hanya perlu membayar Rp 50.000 per dua pekan. Dengan nominal uang yang sama, token listrik di rumah Retno hanya tahan 10 hari setelah mulai menggunakan kompor listrik.
"Pemakaian listrik lebih cepat habis, kebetulan memakai sistem pembayaran pulsa. Jika biasanya Rp 50 ribu, bisa untuk dua minggu, sekarang hanya bisa 10 hari saja," ungkapnya.
Di sisi lain, Retno menyebut kompor indukis lebih aman dan ramah untuk anak. "Misal anak ikut lihat, tidak bahaya, anak usia 10 tahun bisa pakai sendiri seperti menaruh plastik sampingnya juga tidak terbakar," ujarnya.
Meski demikian ada juga masyarakat yang merasa menggunakan kompor listrik lebih hemat dibandingkan kompor elpiji. Salah satunya Jero Kusumawati, satu dari 1.002 KPM di Denpasar, Bali, peserta pilot project konversi kompor elpiji ke kompor listrik.
Pemilik warung di Pantai Mertasari, Sanur, Denpasar Selatan, itu mendapatkan kompor induksi dua tungku bermerek Myamin pada dua bulan lalu. Setelah menggunakannya, pelanggan listrik berdaya 900 VA ini merasa lebih hemat menggunakan kompor induksi dibandingkan kompor gas.
Dalam sebulan, Kusumawati biasanya menghabiskan dua tabung elpiji 3 kilogram dengan harga Rp 18 ribu per tabung atau senilai total Rp 36 ribu. Namun, saat memakai kompor listrik, ia mengaku hanya menghabiskan sekitar Rp 60 per jam.
"Lebih hemat, lebih praktis, lebih cepat masaknya, bagi saya. (Pengeluaran) lebih banyak kompor gas," kata Kusumawati, dikutip dari cnnindonesia.
Praktis dan Lebih Aman
Kusumawati juga merasa pemakaian kompor listrik lebih praktis dan memudahkan saat memasak. Pasalnya, kompor listrik tersebut tidak mengeluarkan api. Apalagi, warungnya berlokasi di kawasan pantai yang anginnya cukup kencang.
"Di pantai banyak anginnya kompor itu kan tidak pakai api dan masaknya jadi gampang dan cepat matangnya," ujar Kusumawati.