Kisah Pilu Tragedi Kanjuruhan, Suporter Meninggal di Bahu Pemain

Antara/Vicki Febrianto
Kerusuhan di stadion Kanjuruhan Malang usai pertandingan sepak bola Antara vs Persebaya
3/10/2022, 20.14 WIB

Tragedi di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur pada Sabtu (1/10) menyisakan kisah pilu. Pemain dan pelatih Arema Malang menjadi saksi penonton meregang nyawa.

Pelatih Arema, Javier Roca menceritakan kesaksiannya di kejadian tragis tersebut. Ia sampai merasa bersalah karena kekalahan Singo Edan dari Persebaya berujung kericuhan.

"Mental saya hancur, saya merasakan beban dan tanggung jawab yang sangat besar," kata Roca kepada media Spanyol, Cadena Ser, Minggu (3/10).

Javier Roca tak menyangka bahwa tragedi akan terjadi. Usai menggelar konferensi pers pascapertandingan, ia menemukan ruang ganti Arema telah dipenuhi suporter yang terluka bahkan meninggal.

Ia mengatakan ada 20 suporter yang berada di ruang ganti, sebanyak empat meninggal dunia. "Ada fans yang meninggal di pundak pemain saya," kata pelatih asal Cile ini.

Meski tak melihat langsung kericuhan di lapangan, Roca merasa tragedi ini tak disebabkan satu faktor saja. Ia menyoroti kondisi stadion yang tidak siap menggelar pertandingan besar, terbukti dari kekacauan ketika para penonton ingin melarikan diri dari tribun.

KORBAN TRAGEDI KANJURUHAN MASIH DIRAWAT DI RS (ANTARA FOTO/Prasetia Fauzani/rwa.)

Ia mengatakan Stadion Kanjuruhan seharusnya sudah pensiun untuk menggelar laga-laga besar. Roca juga menyoroti perilaku aparat keamanan dalam menangani penonton.

"Saya rasa polisi sudah melampaui batas. Melihat gambar-gambar yang beredar, mereka seharusnya menggunakan cara lain," kata Roca.

Liga 1 saat ini telah dihentikan sampai investigasi selesai dilakukan. Roca, yang telah melatih di Asia Tenggara selama dua dekade ini, kembali mengingatkan berharganya nyawa manusia.

"Tidak ada hasil pertandingan yang lebih penting ketimbang nyawa," ujarnya.