Tim investigasi tragedi Kanjuruhan masih menelusuri perintah penggunaan gas air mata untuk mengurai massa sehingga menyebabkan kerusuhan yang menyebabkan 125 orang meninggal.
Komisioner Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) Albertus Wahyurudhanto mengatakan sampai saat ini masih meneliti asal usul perintah kepada polisi di lapangan untuk menggunakan gas air mata tersebut.
"Ketika peristiwa itu terjadi, Kapolres Malang (nonaktif) sedang di luar akan mengamankan pemain (Persebaya) yang akan keluar," kata Wahyu, di Kabupaten Malang, Selasa (4/10) dikutip dari Antara.
Pada saat Kapolres Malang (nonaktif) AKBP Ferli Hidayat berada di luar, di dalam Stadion Kanjuruhan terjadi kericuhan dan kemudian petugas menggunakan gas air mata untuk mengurai massa.
Wahyu memperkirakan ada pejabat kepolisian yang berada di dalam stadion yang memerintahkan anggotanya untuk menggunakan gas air mata. Penggunaan gas air mata itu, menyebabkan kepanikan para suporter yang ada di dalam stadion.
"Kejadian itu di dalam, berarti ada pejabat di dalam yang memerintahkan. Siapa orangnya, sedang disidik. Tapi sembilan orang sudah dicopot. Tim sedang bekerja," ujarnya pula.
Kapolres Malang (nonaktif) Ferli Hidayat mengaku tidak memerintahkan anggotanya untuk menggunakan gas air mata guna mengurai massa. Saat itu, Ferli telah mengambil langkah antisipasi dengan memberikan arahan langsung kepada personel.
"Dalam apel yang dilakukan, sudah ada instruksi tidak boleh ada kekerasan dalam kondisi apa pun. Instruksi diulang berkali-kali oleh Kapolres saat apel persiapan," katanya lagi.
Jokowi Bagikan Santunan Rp 50 Juta
Presiden Joko Widodo akan mengunjungi korban tragedi di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur pada Kamis (6/10). Dalam kunjungan itu, Jokowi akan membagikan santunan senilai Rp 50 juta setiap korban.
"Dalam dua hari ke depan Presiden akan menyerahkan sendiri bantuan sosial itu sebagai bentuk simpati dan empati," kata Mahfud di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa (4/10).
Menurutnya, kunjungan itu juga menjadi bentuk perhatian Jokowi kepada korban.
Berdasarkan data pemerintah pusat, jumlah korban meninggal mencapai 125 orang. Bantuan akan diserahkan di Jawa Timur. "Mungkin di Malang, di Surabaya," ujar dia.
Tragedi di Kanjuruhan bermula dari pertandingan Liga 1 antara tuan rumah Arema FC melawan Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan, Malang. Pertandingan berakhir dengan skor 2-3 untuk kesebelasan tamu.
Pada Sabtu (1/10), terjadi kericuhan usai pertandingan antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya dengan skor akhir 2-3, di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang. Kekalahan itu menyebabkan sejumlah suporter turun dan masuk ke dalam area lapangan.
Kerusuhan tersebut semakin membesar dengan sejumlah flare dilemparkan termasuk benda-benda lainnya. Petugas keamanan gabungan dari kepolisian dan TNI berusaha menghalau para suporter menggunakan kekerasan dan tembakan gas air mata. Situasi tersebut menimbulkan kepanikan dan mengakibatkan kekacauan. Mayoritas korban mengalami luka akibat terinjak dan kekurangan oksigen.
"Karena gas air mata itu, mereka pergi keluar ke satu titik, di pintu keluar. Kemudian terjadi penumpukan dan dalam proses penumpukan itu terjadi sesak napas, kekurangan oksigen,” kata Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Nico Afinta dalam jumpa pers di Kabupaten Malang, Minggu (2/10).
Menteri Koordinasi Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy mengatakan, total korban yang meninggal dan terluka akibat tragedi Kanjuruhan mencapai 448 orang.
Rinciannya, 125 orang meninggal dunia, 302 orang mengalami luka ringan, dan 21 orang menderita luka berat. Tragedi ini juga menimpa anak-anak di mana ada 17 anak meninggal dan 7 anak mengalami luka-luka.