Kelompok masyarakat sipil, Civil 20 atau C20, menyampaikan policy pack atau rekomendasi kebijakan tentang sejumlah isu kepada para pemimpin negara G20, mulai dari akses kesehatan, iklim, transisi energi, hingga pendidikan.
Selain menyampaikan rekomendasi kebijakan, secara khusus kelompok C20 meminta agar semua pemimpin negara G20 untuk mengesampingkan perbedaan dan kepentingannya masing-masing untuk mengatasi berbagai krisis yang tengah melanda dunia saat ini.
Ketua C20 Sugeng Bahagijo mengatakan bahwa kelompok masyarakat sipil meminta semua pemimpin G20 untuk mengakhiri kepentingan mereka dan bekerja sebagai front persatuan untuk menyelesaikan krisis yang melanda dunia saat ini.
“Saatnya berkolaborasi dalam mempromosikan perdamaian dunia dan kemanusiaan dengan meningkatkan upaya pemulihan untuk mengatasi situasi global saat ini,” ujarnnya dalam KTT C20 atau C20 Summit di Hilton Resorts Hotel, Nusa Dua, Bali, Rabu (5/10).
Rekomendasi kebijakan yang disampaikan dalam KTT C20 ini di antaranya:
- 1. Arsitektur kesehatan global yang adil dan inklusif;
- Keadilan iklim dan transisi energi yang adil;
- Keadilan pajak dan keuangan berkelanjutan yang inklusif;
- Tranformasi digital inklusif.
Selain itu ada juga rekomendasi kebijakan terkait anti korupsi, pendidikan, dan kesetaraan gender dan disabilitas. Simak indeks kesenjangan gender di antara negara-negara G20 pada databoks berikut:
”Dengan mempertimbangkan urgensi kesetaraan gender, penyandang disabilitas, aksi kemanusiaan, ruang sipil, anti korupsi, aksi iklim berkelanjutan C20 menyikapinya sebagai isu lintas sektor dan karenanya memastikan tidak ada yang tertinggal," ujar Sous Sherpa C20, Risnawati Utami.
Adapun rekomendasi kebijakan atau policy pack yang disampaikan oleh tujuh working group (kelompok kerja/pokja) C20 itu kemudian ditanggapi oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani, Staf Khusus Menteri Keuangan Yustinus Prastowo, Staf Ahli Menteri ESDM Bidang Perencanaan Strategis Yudo Dwinanda Priaadi.
Kemudian Wakil Ketua Pertemuan Deputi Lingkungan Kelompok Kerja Keberlanjutan Iklim (EDM-CS WG) G20 Sigit Reliantoro, Duta Besar Meksiko untuk Indonesia Armando Gonzalo Alvarez Reina, dan Duta Besar India untuk Indonesia Shri Manoj Kumar Bharti.
“Dunia akan menghadapi tantangan yang lebih kompleks di masa depan, dan itu membutuhkan upaya bersama dari semua pemangku kepentingan untuk tidak meninggalkan siapapun,” kata Menkeu Sri Mulyani menanggapi rekomendasi kebijakan yang disampaikan dalam KTT C20.
Dia berharap C20 dapat melanjutkan perannya sebagai wadah untuk menyuarakan aspirasi masyarakat dan bekerja sama dengan G20 dengan tidak hanya memberikan wawasan dan keahlian, tetapi juga memastikan bahwa pemerintah bertanggung jawab atas komitmennya.
Komite penasihan internasional C20 Bernadette Victorio mengatakan bahwa kelompok masyarakat civil dapat mengoptimalkan platform C20 untuk memperkuat seruannya untuk mempercepat tindakan pada isu-isu yang diprioritaskan.
Seperti transisi energi yang adil melalui penetapan target dan kebijakan yang jelas untuk mengekang emisi karbon di negara-negara G20, dan memprioritaskan peralihan ke sumber yang lebih berkelanjutan, energi untuk masa depan yang benar-benar aman bagi semua, yang tidak meninggalkan siapapun.
“Dalam konteks ini kami menyadari peran signifikan sektor keuangan global dalam memajukan agenda ini, dan kami mendesak para pemimpin G20 untuk memastikan bahwa sektor tersebut juga menerapkan kebijakan dan peraturan yang jelas yang selaras dengan Perjanjian Paris,” kata dia.
Selain itu para pemimpin G20 juga diminta untuk memastikan lembaga keuangan internasional memenuhi komitmen mereka secara transparan dan akuntabel yang dibuktikan dengan pengungkapan publik tentang kemajuan mereka.
Adapun rekomendasi kebijakan C20 berfungsi sebagai aspek penyeimbang yang meminimalkan, jika tidak menghapus karakteristik business as usual yang mungkin muncul dalam proses pengambilan keputusan di G20 di tengah krisis di sektor energi, pangan, dan keuangan. Krisis ini juga diperburuk dengan perang Rusia-Ukraina.
Sementara itu banyak pertemuan tingkat menteri yang gagal menghasilkan deklarasi bersama yang menunjukkan bahwa G20 belum mampu mengesampingkan perbedaan mereka dan malah fokus pada kepentingan mereka sendiri.
“Kami, sebagai warga dunia, ingin mengingatkan dan mengingat kembali G20, dan kita semua untuk mengesampingkan semua perbedaan dan memprioritaskan penyelesaian krisis untuk memastikan pemulihan yang adil bagi semua warga di seluruh dunia,” kata Sherpa C20, Ah Maftuchan.
Dalam rangka mendukung kampanye penyelenggaraan G20 di Indonesia, Katadata menyajikan beragam konten informatif terkait berbagai aktivitas dan agenda G20 hingga berpuncak pada KTT G20 November 2022 nanti. Simak rangkaian lengkapnya di sini.