Indonesia Tak Kena Sanksi FIFA, Ada Andil Lobi Erick Thohir

Kementerian BUMN
Menteri BUMN Erick Thohir bertemu Presiden FIFA Gianni Ifantino membahas tragedi di Stadion Kanjuruhan.
Penulis: Agustiyanti
9/10/2022, 10.15 WIB

Federasi Sepak Bola Internasional atau FIFA tak memberikan sanksi berat kepada Indonesia terkait tragedi yang terjadi di Stadion Kanjuruhan. Namun, FIFA akan berkantor di Indonesia untuk mengawal transformasi sepakbola di Indonesia. 

Presiden Joko Widodo dalam konferensi pers pada Jumat (7/10) malam memastikan tak ada sanksi yang diberikan FIFA kepada Indonesia. Hal ini diungkapkan Jokowi setelah menerima surat resmi dari FIFA. 

Meski demikian, ada segudang pekerjaan rumah yang diberikan FIFA kepada Indonesia. Pemerintah dan FIFA pun akan membentuk tim khusus untuk merampungkan seluruh PR tersebut. 

FIFA mendorong Indonesia meninjau dan meningkatkan fasilitas keamanan di seluruh stadion, meningkatkan protokol pengamanan oleh aparat terkait dengan manajemen keramaian selama pertandingan, dan mendorong PSSI melibatkan suporter dalam diskusi peningkatan fasilitas keamanan stadion.

Selain itu, FIFA juga meminta agar penjadwalan pertandingan mempertimbangkan sejumlah aspek ,seperti ketersediaan transportasi publik dan waktu kick off  hingga menyarankan pemerintah melakukan perbandingan dan meminta nasihat institusi internasional untuk melakukan reformasi sepak bola. 

Sebelum surat resmi FIFA dikirimkan ke Indonesia, Presiden Joko Widodo telah meminta Menteri BUMN Erick Thohir untuk menemui Presiden FIFA Gianni Ifantino. Keduanya memiliki hubungan baik sejak Erick menjabat sebagai Presiden Inter Milan pada 2015.

"Ketika itu, Gianni menjadi Sekjen UEFA, sehingga kami sering bertemu. Apalagi dia orang Italia dan juga seorang Interisti, jadi dengan posisi saya di Internazionale FC, maka kami cepat akrab," ujar Erick Thohir dalam siaran pers. Sabtu (8/10).

Erick mengatakan juga menerima permintaan Jokowi untuk berkomunikasi dengan FIFA saat sepakbola  Indonesia terkena sanksi FIFA akibat kisruh antara pemerintah, yang diwakili Menpora saat itu, Imam Nahrawi dengan PSSI yang dipimpin La Nyala Matalitti.

"Ketika itu, saya bukan siapa-siapa. Jadi kaget juga ketika Bapak Presiden meminta saya untuk mengurus sanksi. Karena saya kenal baik dengan Gianni, maka melalui dia, saya bisa membuka jalur ke FIFA dan menyampaikan amanah Presiden," kata Erick.

Sanksi tersebut pada akhirnya hanya berjalan selama satu tahun dan dicabut pada 2016. Erick pun untuk kedua kalinya meminta bantuan kepada Gianni terkait kasus Stadion Kanjuruhan. Ia terbang ke Doha untuk menemui Presiden FIFA tersebut usai menjalani kunjungan kerja di Eropa.

"Saya terbang ke Doha untuk berjumpa dengan Gianni. Saat pertama bertemu, masing-masing susah bicara. Kita orang bola, kita punya perasaan yang sama atas kejadian itu," ujar Erick.

Erick mengatakan, mata Gianni sempat berkaca-kaca saat bertemu dengan dirinya. "Dia bercerita, bahwa semasa kecil sering dibawa ke stadion sepak bola sama bapaknya  dan tentu itu sebuah kebahagiaan yang tidak terlupakan, sehingga kejadian di Kanjuruhan sesuatu yang tidak terpikirkan jika ia harus mengalami," katanya.

Ia menegaskan, sikap FIFA yang bersedia bersama pemerintah Indonesia melakukan reformasi dan transformasi sepakbola nasional harus benar-benar dijalankan seluruh stakeholder sepakbola Indonesia.

"Ini FIFA yang bijak mau membantu Indonesia. Jadi harus kita laksanakan arahan yang diberikan. Terus terang, hasil positif dari FIFA tak lain karena kedekatan dan kepercayaan yang selama ini terjadi. Jadi jangan pernah disia-siakan," ujar Erick.