Putin Belum Tentu Hadir di KTT G20 Bali, Tergantung Geopolitik Dunia

ANTARA FOTOMaxim Shemetov/hp.
Russia's President Vladimir Putin attends a parade marking Navy Day in Saint Petersburg, Russia July 31, 2022.
Penulis: Yuliawati
12/10/2022, 16.29 WIB

Presiden Vladimir Putin belum tentu akan menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 yang akan digelar di Pulau Bali pada November mendatang. Duta Besar Federasi Rusia untuk Indonesia Lyudmila Vorobieva mengatakan bahwa belum dapat memastikan kehadiran Putin.

“Jika ditanya terkait kedatangan presiden (dalam KTT G20), sayangnya saya belum memiliki kabar terbaru. Keputusan akan diambil mendekati acara tersebut, jadi saya belum dapat mengkonfirmasi untuk sekarang,” ujar Vorobieva dalam konferensi pers yang digelar di Jakarta, Rabu (12/10).

Dia menjelaskan bahwa keputusan terkait apakah Presiden Putin akan menghadiri KTT G20 bergantung ada situasi dan keamanan geopolitik yang terus berkembang.

Ada beberapa langkah persiapan, termasuk memastikan hotel yang disiapkan untuk pemimpin Rusia itu.

“Namun ini bukan berarti ada keputusan yang telah diambil. Kami telah mengetahui hotel apa yang dipersiapkan karena jika presiden tidak datang, dia akan tetap mengirimkan perwakilan. Jadi kami masih akan membutuhkan hotel,” ujarnya.

Dubes Vorobieva pun kembali menegaskan dukungan Rusia bagi presidensi G20 dan mengatakan bahwa delegasi Rusia telah mengikuti berbagai pertemuan dalam rangkaian kegiatan G20 di bawah presidensi Indonesia.

Pemerintah Indonesia sendiri telah mengirimkan undangan resmi kepada Presiden Putin dan pemimpin anggota G20 lainnya untuk menghadiri KTT G20.

Sebelumnya Vorobieva mengatakan Putin berencana menghadiri KTT G20 di tengah seruan untuk mengeluarkan Rusia dari kelompok  tersebut. 

"Tidak hanya G20, banyak organisasi berusaha untuk mengusir Rusia. Reaksi Barat benar-benar tidak proporsional," kata duta besar Lyudmila Vorobieva pada konferensi pers pada Rabu (23/3), seperti dikutip dari Reuters

Amerika Serikat dan negara-negara sekutunya menilai apakah Rusia harus tetap berada dalam kelompok 20 ekonomi utama  (G20) setelah invasinya ke Ukraina. Sumber Reuters menyebutkan bahwa kemungkinan untuk mengecualikan Rusia dari G20 akan diveto oleh setiap anggota kelompok yang juga mencakup Cina, India, Arab Saudi.

G20 bersama dengan G7 (kelompok tujuh negara ekonomi terbesar)  adalah platform utama internasional utama untuk mengoordinasikan segala hal, mulai dari aksi perubahan iklim hingga utang lintas batas. G7 terdiri dari Amerika Serikat, Prancis, Jerman, Italia, Kanada, Jepang, dan Inggris

Sumber Reuters di G7 mengatakan, tidak mungkin Indonesia beserta anggota seperti India, Brasil, Afrika Selatan, dan China setuju untuk mengeluarkan Rusia dari grup. "Tidak mungkin untuk menghapus Rusia dari G20, kecuali Moskow membuat keputusan seperti itu sendiri, kata seorang pejabat negara anggota G20 di Asia. Tidak ada prosedur untuk mencabut Rusia dari keanggotaan G20," katanya. 

Kementerian luar negeri Indonesia menolak berkomentar terkait seruan agar Rusia dikecualikan dari G20. Sementara itu, Deputi Gubernur Bank Sentral Dody Budi Waluyo pada hari Senin mengatakan pada sebuah seminar bahwa posisi Indonesia selalu netral. Namun demikian, Indonesia akan memperhatikan risiko perpecahan atas masalah tersebut dan akan menggunakan kepemimpinan G20 untuk mencoba menyelesaikan masalah apa pun.

"Rusia memiliki komitmen kuat" untuk menghadiri pertemuan G20 dan anggota lain tidak dapat melarang mereka untuk hadir, tambahnya.

Status Rusia di lembaga multilateral lainnya juga dipertanyakan. Di Jenewa, pejabat Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) mengatakan, banyak delegasi di sana menolak untuk bertemu rekan-rekan Rusia mereka dalam berbagai format.

Reporter: Antara