Kementerian Kesehatan atau Kemenkes mencatat kasus gangguan ginjal akut progresif atipikal atau GGAPA melonjak sejak Agustus 2022. Kasus gagal ginjal yang biasanya hanya satu dan dua pasien per bulan tiba-tiba menjadi 36 orang.
Pada September 2022, kasus gagal ginjal akut melonjak menjadi 78 orang. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin awalnya menduga pasien ginjal akut disebabkan oleh patogen, seperti virus, bakteri, atau parasit.
"Di September, kami menduga penyebabnya patogen, ini bisa virus, bakteri atau parasit. Karena pengamatan kami sebelumnya yang terjadi di Haiti seperti itu," kata Budi Gunadi Sadikin dalam konferensi pers virtual, Jumat (21/10).
Namun, arah penelitian berubah pada akhir September 2022 saat Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO menemukan kasus ginjal akut di Gambia, Afrika. Sebanyak 69 anak di Gambia, Afrika meninggal dunia setelah mengkonsumsi obat batuk dan pilek sirup buatan Maiden Pharmaceuticals.
Hasil analisis WHO menunjukkan empat produk Maiden yakni Promethazine Oral Solution, Kofexmalin Baby Cough Syrup, Makoff Baby Cough Syrup dan Magrip N Cold Syrup - memiliki jumlah dietilen glikol dan etilen glikol yang "tidak dapat diterima", sehingga menjadi racun dan timbal yang menyebabkan ginjal akut.
Dietilen glikol (DG) dan etilen glikol (EG) digunakan sebagai alternatif yang lebih murah dalam beberapa produk farmasi untuk gliserin, pelarut atau zat pengental dalam banyak sirup obat batuk.
Hingga 18 Oktober 2022, total pasien gagal ginjal akut mencapai 206 orang, mayoritas di bawah umur lima tahun atau balita. Adapun kematian pasien mencapai 48% atau sebanyak 99 orang.
Budi kemudian menginstruksikan tenaga kesehatan untuk menginvestigasi pasien GGAPA hingga ke kediamannya masing-masing. Dari investigasi tersebut, Budi menemukan obat-obatan yang harus diwaspadai konsumsinya.
Budi menyampaikan pemerintah telah berdiskusi dengan Gabungan Pengusaha Farmasi, Ikatan Apoteker Indonesia, Ikatan Dokter Anak Indonesia, Ahli Farmakologi, dan Ahli Toksikologi dalam menangani kasus ginjal akut. Diskusi tersebut terkait imbauan penghentian sementara konsumsi obat cair maupun sirop.
Kemarin, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah melarang lima obat sirop dari tiga merek yang mengandung EG dan DEG. Tiga merek itu yakni Termorex, Flurin DMP, dan Unibebi (obat batuk dan flu, dan demam ).
BPOM menguji 39 bets dari 26 sirop obat dan menemukan kandungan cemaran EG yang melebihi ambang batas aman. Sesuai Farmakope, ambang batas aman cemaran EF dan DEG dalam obat sebesar 0,5 miligram per kilogram berat badan per hari.
Hasil pengujian ini belum dapat mendukung kesimpulan bahwa ada keterkaitan racun EG dengan gagal ginjal akut. "Karena masih ada beberapa faktor risiko penyebab gagal ginjal akut seperti infeksi virus, bakteri Leptospira, dan multisystem inflammatory syndrome in children (MIS-C) atau sindrom peradangan multisistem pasca Covid-19," demikian keterangan BPOM secara tertulis, Kamis (20/10).