Harga batu bara masih menunjukkan tren penurunan. Harga di Pasar ICE Newcastle pada akhir Oktober, Senin (31/10) sore bertengger di posisi US$ 375,05 per ton atau turun 3,59% dibandingkan harga pekan lalu yang berada di level US$ 389 per ton.
Padahal, bulan September lalu, harga masih berada di US$ 414 per ton atau turun 9,41% dari harga saat ini. Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batu bara Indonesia (APBI), Hendra Sinadia memprediksi harga batu bara pada tahun depan berpotensi susut.
Hal ini karena harga komoditas tambang tersebut sangat volatil, mengikuti fluktuasi permintaan yang cenderung naik-turun. "Diperkirakan tahun depan harga batu bara bisa tertekan tetapi secara umum masih di level yang positif," kata Hendra lewat pesan singkat pada Senin (31/10).
Melansir data Minerba One Data Indonesia (MODI), produksi penjualan batu bara hingga akhir Oktober mencapai 559,59 juta ton atau 83,9% dari target produksi akhir tahun sebanyak 663 juta ton. Selanjutnya, penjualan di pasar ekspor sejumlah 224,53 juta ton atau 45,15% dari rencana tahunan di angka 497,25 juta ton.
Sementara, penjualan dalam negeri sebesar 167,09 juta ton. Adapun realisasi penjualan ke PLN dengan harga domestic market obligation (DMO) US$ 70 per ton, berada di angka 128,76 juta ton atau 77,68% dari rencana tahun 2022 sebanyak 165,75 juta ton.
"Kalau tidak salah per 25 Oktober sudah 80% dari target produksi. Kalau kendala cuaca dan ketersediaan alat-alat berat itu sudah sejak awal menjadi salah satu kendala," ujar Hendra.
Sebelumnya, Hendra juga menjelaskan ada peningkatan torehan ekspor batu bara ke Eropa hingga 4 juta ton pada awal Oktober 2022. Capaian ini melonjak hingga empat kali lipat dibandingkan rata-rata tahun lalu yang hanya 1 juta ton.
"Jadi kalau sampai September itu mendekai 4 juta ton, berarti ini peningkatan signifikan," kata Hendra, Rabu (5/10).
Negara tujuan ekspor batu bara Indonesia diantaranya Polandia, Spanyol, Yunani, Belanda dan Jerman. Hanya saja, ia belum mengetahui secara pasti kualitas atau kalori batu bara yang dikirim ke Eropa. "Ini info tidak resmi yang kami dapat. Tidak tahu detail kualitas," ujarnya.
Meroketnya capaian ekspor batu bara Indonesia ke Eropa tak terlepas dari krisis energi yang tengah melanda benua biru akibat keputusan Uni Eropa (UE) yang menerapkan sanksi ekonomi kepada Rusia. Moskow sebelumnya menghentikan pasokan gas ke sejumlah anggota UE seperti Jerman, Prancis dan Italia.
Mereka yang terdampak atas pemutusan gas tersebut mulai merencanakan untuk menghidupkan kembali pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara untuk mengatasi minimnya pasokan gas.
Sebelumnya Bank Dunia memperkirakan harga komoditas energi, pangan, hingga mineral global akan menurun pada tahun depan di tengah risiko resesi ekonomi. Harga sejumlah komoditas unggulan Indonesia, seperti batu bara dan minyak kelapa sawit di tingkat global bahkan diperkirakan anjlok hingga dua digit tahun depan.