Kamar Dagang dan Industri Indonesia atau Kadin menyebutkan lebih dari 20 perjanjian investasi akan ditandatangani selama pelaksanaan Forum Investasi B20 di Bali. Perjanjian tersebut akan dialokasikan untuk hilirisasi industri di dalam negeri.
Wakil Ketua Umum Kadin Koordinator Bidang Maritim, Investasi, dan Luar Negeri Shinta W. Kamdani mengatakan nilai perjanjian investasi yang akan ditandatangani hari ini lebih dari US$ 5 miliar. Investasi tersebut akan memperkuat rantai pasok global dengan pendekatan yang lebih mudah dilacak dan lebih kredibel.
"Minggu ini kami menawarkan proof of concept yang nyata bahwa investasi dan bisnis berkelanjutan dapat terjadi. Selain itu, acara ini menawarkan peluang untuk berkolaborasi menjalani dekarbonisasi," kata Shinta dalam Indonesia Net Zero Summit 2022, Jumat (11/11).
Shinta mencatat pertemuan hari ini akan melibatkan partisipan dari 18 negara di antaranya Amerika Serikat, Singapura, Australia, dan negara-negara i Uni Eropa. Kegiatan melibatkan 60 pembicara dan lebih dari 1.000 delegasi dari 21 negara.
Menurut Shinta, forum investasi B20 akan memastikan apakah peluang investasi saat ini telah merespon transformasi bisnis masa depan. Transformasi yang dimaksud adalah perubahan pola pikir pelaku industri dalam menuruti tuntutan konsumen untuk melakukan bisnis dengan cara berkelanjutan.
Shinta menyebutkan Kementerian Investasi akan meluncurkan panduan investasi berkelanjutan pada Forum Investasi B20. Menurutnya, panduan tersebut akan menjadi tulang punggung pelaku bisnis di dalam negeri dan perjalanan investasi Indonesia pada masa depan.
Usai acara, Shinta menyampaikan Kadin akan memastikan investasi berkelanjutan menjadi agenda terdepan negara-negara anggota G20. Hal tersebut akan dilakukan selama B20 Summit berlangsung pada 13-14 November 2022.
"Target kami untuk membuat ekosistem terintegrasi pada negara-negara G20 dengan menggunakan perdagangan dan investasi sebagai pendorong yang kuat dalam pembangunan yang lebih hijau dan lebih sejalan dengan target pembangunan berkelanjutan," ujar Shinta.
Shinta mengatakan saat ini sektor bisnis telah terlalu banyak memproduksi emisi karbon. Berdasarkan data Kadin, sektor industri bertanggung jawab atar 74,5% gas rumah kaca secara global.
Selain itu, Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa atau UNDP melaporkan negara-negara di dunia hampir gagal dalam menjaga kenaikan suhu global sebesar 1,5 derajat celcius. Laporan tersebut menekankan negara-negara anggota G20 yang baru mengimplementasikan usaha dalam mencapai target tersebut.
Pada saat yang sama, pemerintah Indonesia telah menaikkan komitmen pengurangan emisi karbon menjadi 917 juta ton CO2e pada 2030 atau sebanyak 31,89%. Angka tersebut naik dari target yang ditetapkan hingga awal tahun ini sebesar 29%.
Selain itu, angka penurunan emisi dapat mencapai 1,1 miliar ton atau 43,2% dalam 7 tahun lagi jika pemerintah Indonesia dibantu oleh komunitas internasional. Angka tersebut naik dari target sebelumnya sebesar 41%.
"Semakin banyak perusahaan bergeser ke praktik produksi yang lebih berkelanjutan. Selain itu, pemimpin bisnis mengakui bahwa bencana terkait iklim dapat memiliki dampak pada berbagai sisi bisnis," kata Shinta.
Dalam rangka mendukung kampanye penyelenggaraan G20 di Indonesia, Katadata menyajikan beragam konten informatif terkait berbagai aktivitas dan agenda G20 hingga berpuncak pada KTT G20 November 2022 nanti. Simak rangkaian lengkapnya di sini.