Jumlah korban jiwa akibat gempa bumi di Kabupaten Cianjur semakin bertambah. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengumumkan sebanyak 271 orang dinyatakan meninggal usai bencana alam tersebut.
Angka tersebut merupakan hasil verifikasi dari puskesmas maupun rumah sakit di Cianjur. Sedangkan 37% dari korban jiwa merupakan penduduk berusia di bawah 15 tahun.
"Dalam gempa atau bencana ini, maut biasanya tidak melihat usia dan apa yang melekat pada diri seorang manusia," ujar Kepala BNPB Suharyanto dalam konferensi pers virtual, Rabu (23/11).
BNPB akan memverifikasi lebih lanjut angka korban jiwa tersebut. Pasalnya, ada kemungkinan jumlah tersebut bertambah lantaran ada kemungkinan sebagian masyarakat telah mengambil sebagian jasad dari puskesmas maupun rumah sakit sehingga lolos dari pencatatan.
Oleh karena itu, BNPB akan mengumpulkan semua kepala desa di Cianjur untuk mengonfirmasikan data yang dimiliki. Di samping itu, ada 40 orang yang masih dinyatakan hilang. Sebanyak 39 laporan dari Kecamatan Cugenang dan sisanya dari Kecamatan Warung Kondang.
BNPB juga telah menemukan penyintas Gempa Cianjur hari ini di Kecamatan Cugenang. Penyintas tersebut bernama Azka dan berumur 6 tahun.
Total mereka menemukan empat orang yang tertimbun reruntuhan bangunan. Selain Azka, Suharyanto melaporkan orang yang telah ditemukan telah tutup usia.
"Di Cugenang ini satu orang selamat atas nama Azka. Laki-laki, umur 6 tahun, ditemukan di sebelah neneknya yang sudah meninggal dunia," kata Suharyanto.
Sementara itu, korban luka-luka bertambah menjadi 2.043 orang. Adapun, total masyarakat Cianjur yang mengungsi di 14 titik posko pengungsian hari ini mencapai 61.908 orang.
BNPB berencana kembali melakukan pencarian esok hari dengan relawan yang telah datang hari ini. Sejauh ini telah ada 193 organisasi relawan dengan jumlah personil yang terdata mencapai 2.904 orang.
"Relawan-relawan ini akan kami manfaatkan baik dalam kegiatan pencarian, pertolongan, dan evakuasi korban dalam rangka membantu distribusi logistik pada para pengungsi," kata Suharyanto.