Ragam Puisi tentang Rumahku Karya Penyair Indonesia

Katadata
Ilustrasi, rumah.
Penulis: Tifani
Editor: Agung
29/11/2022, 08.03 WIB

Rumah merupakan bagian dari hidup kita. Sedari belia hingga dewasa, rumah menyimpan kenangan. Rumah merekam jejak kaki, menapak, dan memutar memori tiap sudutnya dalam berbagai peristiwa.

Seiring perjalanan menjadi dewasa, rumah akan ditinggalkan. Entah untuk mengejar pendidikan, memburu cinta sejati, menggapai impian, atau urusan pekerjaan. Meski jarang atau bahkan tak lagi dapat kunjungan, rumah tak pernah dilupakan.

Bayangan indah masa kecil kerap kali hinggap. Rumah memanglah tempat kembali dari setiap perjalanan yang tengah kita lalui. Tempat pulang dari semua pergimu.

Contoh Puisi Tentang Rumahku

Berikut ini adalah beberapa puisi bertema rumah yang penuh makna mendalam dan relevan dengan banyak orang.

1. Rumahku

Karya: Chairil Anwar

Rumahku dari unggun-timbun sajak

Kaca jernih dari luar segala nampak

Kulari dari gedong lebar halaman

Aku tersesat tak dapat jalan


Kemah kudirikan ketika senjakala

Di pagi entah terbang ke mana

Rumahku dari unggun-timbun sajak

Di sini aku berbini dan beranak


Rasanya lama lagi, tapi datangnya datang

Aku tidak lagi meraih petang

Biar berleleran kata manis madu

Jika menagih yang satu


2. Rumah dan Pulang

Karya: Tulipa Talia

Terpaan senja membelai kening

Membawa ingat pada sebuah bangunan renta

Menua dimakan waktu

Saksi bisu masa kanakku


Bahagia dan air mata menyatu

Merindumu

Namun adakah yang menunggu kepulanganku?

Pulang


Kata tersulit dalam pikir

Kata penuh luka, yang membuat rindu


3. Rumah

Karya: Toto Sudarto Bachtiar

Kulihat dari cahaya bulan di pekarangan

Serambiku kelam dan berudara sepi

Tidak ada suara, tiada pula bayangan

Kecuali sahabatku, semuanya pergi


Terkadang terasa perlu ke rumah

Bercerita dan berkaca pada hari-hari kupunya

Di rumah besar sekali nubuah sebuah kisah

Kalau aku terdengar suara berdetak tiba-tiba


Malu-malu hati sahabatku rupanya ikut bicara

Tanpa tekanan yang mendesak atau tinggi hati

Alangkah cintanya dia padaku

Terkadang sebelum masuk rumah


Aku melihat ke atap dan bertanya-tanya

Apakah dia di dalam, masihkah dia cinta

Alangkah besar rasanya hidup, bila hatiku tak gelisah


4. Hujan di Ujung April

Karya: Kayla Maharani

Mendung berganti hujan

Itulah takdir Tuhan

Hujan di ujung April

Tak pernah membuatku beranjak


Titik air berjatuhan

Membasahi permukaan bumi

Meski ia jatuh berulang kali

Ia tak berhenti memberi ketentraman


Derasnya rintik hujan

Kerasnya gemuruh petir

Tak membuatku berhenti berjalan di tengahnya

Perlahan rintiknya mulai hilang


Hujan meluapkan semua perasaan

Hujan di ujung April

Mengesankan juga memberi arti

Arti kehidupan yang sesungguhnya


5. Rumahku Istanaku

Karya: Ozy V. Alandika

Rumahku adalah istanaku

Akan kusingkirkan semua debu

Aku tiada akan jemu-jemu

Tidak akan tersisa sampah walau seujung kuku

 

Rumahku adalah istanaku

Aku bahagia karena ada keluarga

Walaupun hidup ini penuh lika-liku

Tempat tinggalku tetap sangat berharga


Rumahku adalah istanaku

Akan kujaga kebersihannya

Terus belajar perbaiki perilaku

Akan kurawat rumah dengan sepenuhnya


Kebersihan lingkungan rumah sangatlah penting

Kau akan mendapat kenyamanan darinya

Entah itu di saat santai maupun genting

Tetaplah jaga dan rawat apa yang kau punya


6. Gubuk Sederhana Penuh Cinta

Karya: Ozy V. Alandika

Aku tidak punya rumah mewah

Yang kupunya hanyalah gubuk sederhana

Pada pagi hari aku bersantap ubi rebus bersama bunda

Duduk di samping ayah yang sedang minum kopi arabika


Kata ayah gubuk sederhana adalah istana

Sebaik-baiknya tempat bermalam adalah rumah keluarga

Jagalah gubuk dengan penuh cinta

Rawatlah kebersihan dan jangan betah saat hinggap kekotoran darinya


Gubuk sederhana terasa indah karena cinta

Para tamu tetap akan senantiasa menerima

Kebersihan adalah kuncinya

Akan jadi percuma sebuah istana

Jika kau enggan untuk menjaganya


7. Selamat Tinggal Debu

Karya: Ozy V. Alandika

Selamat tinggal debu

Akan kuusir dengan sapu

Jika tidak pergi kau akan mengotori baju

Membuat orang segan duduk di bangku


Selamat tinggal debu

Aku tak rela kau hinggap di kayu

Apa lagi terus menempel di pintu

Saat ini juga aku akan membuangmu


Kami mau hidup bersih

Ingin bercerita kepada ibu dengan penuh kasih

Menyempatkan diri berdoa kepada Sang Maha Pengasih

Juga mendambakan lantai yang putih bersih


Kehadiran debu mendatangkan penyakit

Kuman jadi betah berjangkit

Mataku perih jadi sungguh nyelekit

Manisnya senyum ibuku jadi pahit


Selamat tinggal debu

Aku tak menginginkanmu kembali

Silakan kau pergi dari ujung sapu

Agar aku tetap tersenyum walau sedang sendiri