PT Bank DBS Indonesia menerima “Katadata Green Initiative Awards” untuk kategori perbankan. Penghargaan ini merupakan apresiasi kepada perusahaan-perusahaan yang menerapkan berbagai inisiatif untuk meningkatkan dampak positif bagi lingkungan dan menciptakan sistem yang berkelanjutan.
“Bank DBS Indonesia menerima award karena inisiatif produk green savings dan berperan sebagai sustainability advisor untuk transaksi obligasi ESG,” demikian keterangan Katadata Insight Center (KIC) saat pemberian penghargaan pada 1 Desember 2022 di Jakarta.
Beberapa hal yang menjadi pertimbangan KIC dalam penghargaan ini di antaranya komitmen dan inovasi perusahaan dalam aksi hijau seperti transisi energi bersih. Demikian juga aksi korporasi dalam merealisasikan langkah produksi yang rendah emisi, pembiayaan berkelanjutan, dan sebagainya.
Selain sektor perbankan, ada tiga kategori lain dalam “Katadata Green Initiative Awards”. Ketiga kategori tersebut yakni energi dan pertambangan; teknologi dan transportasi; dan consumer goods.
Penghargaan ini juga masuk rangkaian Regional Summit 2022. Acara tersebut merupakan kegiatan tahunan Katadata sejak 2020 untuk mempertemukan para stakeholder dari pemerintah pusat, daerah, pelaku bisnis, dan civil society agar berkolaborasi mewujudkan pembangunan daerah berkelanjutan.
Membiayai Transisi Energi Indonesia
Bank DBS Indonesia mendapatkan penghargaan berkat inisiasi pembiayaan transisinya bagi perusahaan yang mencoba beralih dari energi kotor. Tahun ini, pendanaan disalurkan kepada salah satu perusahaan energi terbesar di ndonesia, Indika Energy, pada April lalu.
Pembiayaan US$ 27,5 juta tersebut untuk membangun pembangkit listrik tenaga biomassa (PLTBm) menggunakan pelet kayu di Kalimantan Timur. Pelet kayu ini dikumpulkan dari konsesi hutan tanaman industri yang dimiliki Indika Energy.
“Transition financing membuat industri perbankan memainkan peran kunci dalam menggalakkan dan turut berpartisipasi dalam menjaga kelestarian dan keseimbangan lingkungan,” ujar Head of Institutional Banking Group Bank DBS Indonesia, Kunardy Lie, pada April lalu.
Kunardy mengatakan semakin banyak perusahaan yang memahami pentingnya aspek environmental, social and governance (ESG) dalam operasionalnya. Salah satu hal yang mendesak yaitu menghijaukan sektor industri yang bertanggung jawab atas emisi karbon yang intensif.
DBS Indonesia juga termasuk satu dari delapan bank yang terlibat dalam mandat transisi energi senilai US$ 750 juta kepada PT PLN pada November 2022. Pembiayaan diberikan untuk mendukung sejumlah proyek transisi energi perusahaan setrum negara itu. Di proyek ini termasuk langkah pensiun dini pembangkit listrik tenaga uap batu bara dan pembangunan pembangkit energi baru dan terbarukan.
Pembiayaan transisi oleh Bank DBS Indonesia merupakan bagian dari pembiayaan transisi yang dilakukan DBS Group di Asia. Pada Juni 2020, Bank DBS meluncurkan Kerangka Kerja dan Taksonomi Pembiayaan Berkelanjutan dan Transisi.
Peluncuran kerangka ini juga membuat DBS Group menjadi yang pertama menjaring permintaan pembiayaan transisi di Asia. Per April 2022, DBS Group telah menyalurkan 100 transaksi pembiayaan transisi senilai total US$8,72 miliar.
Menghentikan Pembiayaan Sektor Penghasil Emisi
DBS Group juga berencana menghentikan pembiayaan bagi tujuh sektor penghasil emisi besar pada 2030 hingga 2040. Ini menjadi bagian perusahaan untuk mencapai emisi nol netto pada 2050.
Tujuh sektor yang disasar ini yaitu energi, minyak dan gas (migas), otomotif, aviasi, ekspedisi, baja, dan real estat. Ketujuh sektor ini mewakili segmen perbankan institusional penghasil emisi karbon terbesar yang dibiayai oleh DBS.
DBS Group menyebutkan sektor-sektor tersebut juga mewakili 31 % dari pinjaman bank yang belum dilunasi tetapi merupakan sebagian besar emisi yang dihasilkan oleh perusahaan atau industri yang dibiayai grup perbankan institusional DBS.
Institutional Banking Group Head DBS, Tan Su Shan, menyatakan perusahaannya bermaksud untuk mendorong dan memungkinkan nasabah perbankan institusional untuk mengubah strategi bisnis mereka dan mempercepat perjalanan transisi mereka.
Hal ini dapat dicapai dengan berbagai cara, termasuk dengan memberikan mereka solusi keuangan berkelanjutan dan solusi keuangan transisi untuk perusahaan yang berupaya menurunkan emisi gas rumah kaca mereka.
“Dalam beberapa tahun terakhir, kami telah melihat peningkatan berarti dalam permintaan akan solusi keuangan hijau dan berkelanjutan,” ujarnya.