Kementerian BUMN berencana merevitalisasi sejumlah aset properti negara untuk diubah menjadi ruang publik yang mendukung kegiatan literasi hingga aktivitas seni budaya.
Deputi Bidang Sumber Daya Manusia, Teknologi dan Informasi Kementerian BUMN, Tedi Bharata, mengatakan program tersebut akan menyasar pada bangunan-bangunan tua milik BUMN. Adapun yang sudah berjalan saat ini adalah kawasan M Bloc dan Pos Bloc.
Tedi menjelaskan, program tersebut bakal menggabungkan aspek hiburan seni budaya dan bisnis dengan melibatkan banyak Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) fashion dan kuliner.
"Tempat-tempat ini untuk mengembangkan UMKM. Artinya penciptaan lapangan kerja," kata Tedi saat ditemui di Agenda 'Shifting Into a Green Lifestyle' Blok M Green Collabs di Taman Literasi Christina Martha Tiahahu, Jakarta pada Minggu (4/12).
Kawasan Pos Bloc memanfaatkan aset bekas gedung filateli di kawasan Gambir, Jakarta Pusat. Bangunan ini juga merupakan salah satu aset bersejarah yang dimiliki oleh PT Pos Indonesia. Sementara itu, area ruang publik M Bloc sejatinya merupakan bekas rumah dinas PT Peruri yang sempat terabaikan.
"Daerah Kota Tua juga akan kami revitalisasi, lalu Kota Lama di Semaranf dan beberapa tempat lain, banyak sekali aset BUMN misalnya punya KAI, PT Pos itu bisa dilakukan revitalisasi," ujar Tedi.
Lebih lanjut, kata Tedi, Kementerian BUMN bakal menyasar bangunan-bangunan tua bersejarah yang berada di lokasi stategis, dekat dengan stasiun transportasi umum dan tempat perbelanjaan seperti mal maupun swalayan. Hal ini dapat ditemui di M Bloc yang tempatnya dekat dengan area pengembangan kawasan transit oriented development (TOD) untuk lima stasiun MRT Jakarta.
"Kami gak bisa paksain. Misal ada gedung bagus tapi kalau gak strategis, ya gak akan menarik. Lokasinya harus bagus," ujarnya.
Di sisi lain, Tedi mengatakan unsur nilai sejarah berupa arsitektur bangunan akan terus dipertahankan demi menarik animo minat warga.
"Kalau dari sisi historisnya ini tetap kami pertahankan, karena kami ingin orang datang ke sana tidak hanya menganggap sebagai tempat hang out," kata Tedi.
"Kami ingin bagaimana orang-orang tahu bahwa ini ada sejarahnya, bahwa ini gedung dibuat dulunya apa," ujarnya.