Twitter menutup sementara (suspen) akun milik beberapa jurnalis dari media asal Amerika usai mereka mengkritik kebijakan terbaru Elon Musk. Elon, pemilik baru Twitter, menyatakan alasan menutup sementara akun-akun tersebut karena mereka melanggar aturan terbaru media sosial tersebut.
Elon Musk menjelaskan alasan menutup akun enam jurnalis karena mereka melanggar aturan doxxing. "Aturan doxxing yang sama berlaku untuk 'jurnalis' seperti untuk orang lain," cuit Elon, Jumat (16/12). Doxxing merupakan aturan Twitter yang melarang berbagi informasi pribadi.
Berdasarkan laporan NBC News, terdapat enam jurnalis asal media terkemuka di Amerika yang akunnya disuspensi, yakni Ryan Mac dari The New York Times, Donie O'Sullivan (CNN), Drew Harwell (The Washington Post), Matt Binder (Mashable), Micah Lee (The Intercept), Steve Herman (Voice of America) . Selain itu, Twitter juga mensuspensi akun milik tiga jurnalis independen yakni Aaron Rupar, Keith Olbermann dan Tony Webster.
Elon membuat kebijakan larangan doxxing setelah akun @elonjet memuat informasi pelacakan jet pribadi keluarganya secara real time menggunakan data yang tersedia di domain publik. Akun tersebut kemudian ditutup pada Rabu (14/12). Pada profil akun tersebut terdapat keterangan: "Twitter menangguhkan akun yang melanggar peraturan Twitter."
Elon sempat mengancam tindakan hukum terhadap operator akun tersebut, karena dianggap membahayakan keluarganya. "Mengkritik saya sepanjang hari tidak apa-apa, tetapi saya tidak diam saja bila membahayakan keluarga saya," cuit Musk pada Kamis.
Enam jurnalis ini kemudian mereka memberitakan atau membagikan kabar tindakan suspensi terhadap @elonjet. Elon membuat pernyataan setengah dari akun yang disuspensi memposting tautan ke pelacak jet yang melanggar kebijakan doxxing yang baru. Tujuannya untuk menunjukkan aturan doxxing tersebut tidak main-main.
Elon mengatakan akan memulihkan kembali akun yang melanggar doxxing setelah tujuh hari disuspensi. Meskipun berdasarkan hasil jajak pendapat pada akunnya, sebanyak 43% memilih agar Twitter memulihkan akun "sekarang".
Editor eksekutif The Washington Post, Sally Buzbee, mengkritik cara Twitter menonaktifkan akun para jurnalis. "Secara langsung merusak klaim Elon Musk bahwa dia bermaksud menjalankan Twitter sebagai platform yang didedikasikan untuk kebebasan berbicara."
Dia mencatat, penghapusan sementara akun itu tanpa peringatan, proses atau penjelasan, setelah para jurnalis membuat laporan tentang Musk.
Kasus penangguhan akun ini menambah deret kebijakan kontroversial Elon Musk seperti pemecatan manajemen puncak dan ribuan karyawan, menarik biaya untuk layanan langganan Twitter Twitter Blue, dan memulihkan akun yang dilarang, termasuk akun mantan Presiden Donald Trump.