Ahli Ingatkan Risiko Kematian Bila Orang Sering Tertular Covid-19

ANTARA FOTO/Umarul Faruq/foc.
Petugas menyiapkan vaksin COVID-19 di Puskesmas Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur, Kamis (15/12/2022).
Penulis: Yuliawati
21/12/2022, 20.02 WIB

Ahli mengingatkan risiko kematian yang meningkat bila pasien sering tertular Covid-19. Vaksinolog Dirga Sakti Rambe mengatakan penularan Covid-19 berulang kali dapat mengganggu fungsi sejumlah organ tubuh.

“Jangan terlalu sering terkena Covid-19, karena dampak jangka panjangnya terutama nanti bisa berbahaya dan berisiko,” kata Dirga dalam diskusi daring di Jakarta, Rabu (21/12).

Ia menekankan infeksi dari Covid-19, sangat berbahaya dan jahat karena dapat menyerang berbagai organ tubuh selain saluran pernafasan atas. Misalnya adalah jantung, paru-paru, otak ataupun syaraf.

Dari beragam penelitian, dampak kerusakan terhadap organ ini menjadi terakumulasi. "Kalau ada orang yang terkena Covid-19 satu kali, itu (dampaknya akan) beda dengan orang yang dua kali atau tiga kali terkena. Jadi setelah dilakukan penelitian di organ tubuhnya ternyata berbeda,” katanya.

Dengan terganggunya berbagai organ itu, maka risiko kematian pasien Covid-19 dapat meningkat dua kali lipat dibandingkan dengan seseorang yang hanya terkena infeksi satu kali.

Dirga menyarankan agar masyarakat tetap menjaga kewaspadaannya. Dia mengingatkan agar menjalankan vaksinasi. Selain itu, rajin melakukan swab antigen atau PCR jika memiliki gejala berupa batuk dan pilek.

Pemeriksaan tes Covid-19 itu perlu disegerakan, karena semakin sulit membedakan gejala Covid-19, influenza dan penyakit lainnya.

Dirga menyebutkan berdasarkan data di DKI Jakarta, orang yang meninggal, kebanyakan karena terlambat melakukan swab dan memiliki komorbid. Akibatnya, terjadi keterlambatan penanganan karena gejalanya yang sudah terlanjur parah.

“Karena swab tujuannya agar lebih peduli dan jangan sampai menularkan ke orang lain,” ujar dia.

Berdasarkan data perkembangan kasus Covid-19 varian Omicron (B.1.1.529) di Indonesia telah mencapai 30.833 kasus per Rabu, 21 Desember 2022. Varian Omicron di Indonesia ini memiliki selisih 212 kasus dibandingkan hari sebelumnya. Secara mingguan, kasus di Indonesia ini tumbuh 1,53%. Berikut grafik Databoks:

Reporter: Antara