Alasan Status Pandemi Belum Dicabut Meski Tingkat Antibodi Tinggi

ANTARA FOTO/Basri Marzuki/tom.
Petugas dari Biddokes Polda Sulteng mengecek tekanan darah seorang warga sebelum disuntik vaksin COVID-19 penguat (booster) kedua di Palu, Sulawesi Tengah, Selasa (31/1/2024).
Penulis: Andi M. Arief
3/2/2023, 18.35 WIB

Kementerian Kesehatan belum akan mencabut status kedaruratan atau mengubah status pandemi menjadi endemi akibat penyebaran virus Covid-19. Status pandemi tetap dipertahankan meski hasil Serosurvei yang dilakukan per Januari 2023 menunjukkan antibodi masyarakat terhadap Covid-19 naik menjadi 99 persen. Angka ini naik dari hasil serosurvei pada Juli 2022 di posisi 98,5 persen.

Kepala Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan atau BKPK Kemenkes,  Syarifah Liza Munira menyatakan pencabutan status pandemi mempertimbangakn banyak hal. Selain mempertimbangkan tingkat vaksinasi, perubahan pandemi menjadi endemi dinilai membutuhkan koordinasi bersama dengan kementerian dan lembaga lainnya.

"Dalam koordinasi itu mungkin akan dipertimbangkan status kadar antibodi, status vaksinasi, dan sebagainya. Banyak hal yang perlu dipertimbangkan, bukan hanya vaksinasi,” ujar Liza dalam konferensi pers di Kantor Kemenkes, Jumat (3/2).

Liza mengatakan pemerintah saat ini masih bertanggung jawab atas kesehatan masyarakat jika terkena Covid-19. Oleh karena itu, pemerintah masih menanggung biaya vaksinasi hingga pengobatan pasien Covid-19. Nantinya bila status pandemi dicabut pemerintah tidak lagi menanggung beban biaya Covid-19. 

Lebih jauh Liza mengatakan ia belum bisa menjelaskan keuntungan yang akan didapatkan masyarakat jika status pandemi berubah menjadi endemi. Pasalnya, ia mengamati masyarakat saat ini sudah mulai kembali menjalankan kegiatan seperti sebelum pandemi Covid-19 secara perlahan. Pencabutan status pandemi juga akan membuat masyarakat kehilangan fasilitas subsidi oleh pemerintah terkait Covid-19.

 "Nanti coba kami perhatikan," ujar Liza.

Walau status pandemi belum dicabut, Liza menyatakan hasil Serosurvei per Januari 2023 akan dibawa pada pertemuan tahunan Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO. Pertemuan yang dimaksud adalah Pertemuan WHO ke-76 di Geneva pada 21-30 Mei 2023.  

Liza mengatakan pembahasan mengenai pandemi Covid-19 akan menjadi perhatian seluruh negara. Dengan demikian, Liza menilai data Serosurvei per Januari 2023 akan menjadi pembicaraan dalam forum tersebut.

"Bayangan kami, karena pertemuan tersebut mengenai kesehatan masyarakat, tentu ada sesuatu yang akan terbahas mengenai Covid-19," kata Liza.

Liza menyimpulkan hasil Serosurvei per Januari 2023 adalah kondisi imunitas selama setahun terakhir baik. Akan tetapi, Liza tatap mendorong masyarakat untuk melengkapi status vaksinasi. Adapun metode studi per Januari 2023 tetap menggunakan metode panel survei. Secara rinci, peneliti mengambil darah dari 16.286 responden dalam Serosurvei awal 2023 ini. 

Dalam paparan konferensi pers, kadar antibodi orang yang telah mendapatkan vaksinasi lengkap mencapai 3.046 poin. Sedangkan orang yang tidak menerima vaksinasi hanya sejumlah 1.358 poin. Adapun, kadar antibodi orang yang telah mendapatkan vaksinasi booster mencapai 5.259 poin. Rata-rata nasional kadar antibodi masyarakat yang terus meningkatkan status vaksinasinya adalah 4.294 poin, sedangkan yang tidak melanjutkan status vaksinasinya hanya 1.565 poin.

Reporter: Andi M. Arief