Jokowi Nilai Turunnya Indeks Korupsi RI Tak Akan Pengaruhi Investasi
Presiden Joko Widodo mengatakan penurunan indeks persepsi korupsi Indonesia yang dirilis Transparency International Indonesia atau TII tidak akan mempengaruhi investasi. Akan tetapi, Kepala Negara akan menjadikan laporan TII sebagai bahan perbaikan pemerintah.
Jokowi mengatakan telah melakukan rapat sebanyak dua kali untuk membahas laporan TII tersebut. Sebagai informasi, TII menemukan indeks persepsi korupsi Indonesia pada 2022 turun dari 38 pada 2021 menjadi 34.
"Investor akan hitung untung, besar atau enggak besar, Internal Rate of Returnnya berapa, seperti itu. Tapi bahwa itu sedikit mempengaruhi? Iya," kata Jokowi di Istana Merdeka, Selasa (7/2).
Sebelumnya, Ekonom Universitas Indonesia Faisal Basri menyampaikan tingkat korupsi di sebuah negara berkorelasi dengan efisiensi investasi. Menurutnya, saat ini investasi di Indonesia lebih mahal 50% dari pada pemerintahan sebelumnya.
"Pak Presiden Jokowi yakin 40% dari investasi itu bocor. Di era Pak Jokowi ini untuk bangun satu gedung butuh enam unit modal, sebelumnya cuma empat," kata Faisal dalam Peluncuran Corruption Perception Index 2022, Selasa (31/1).
Berdasarkan data TTI, Indonesia menduduki peringkat ke-6 dari indeks CPI di Asia Tenggara. Peringkat pertama dikuasai oleh Singapura dengan angka CPI senilai 83, sedangkan di posisi terakhir ditempati Myanmar dengan angka 23.
Seperti diketahui, tingginya angka CPI menandakan pandangan positif terhadap penanganan korupsi di sebuah negara. Sebagai informasi, CPI Indonesia menyentuh titik terendahnya pada 1995 atau senilai 19.
CPI Indonesia mencapai posisi 38 pada 2018 dan menyentuh angka 40 pada 2019. Akan tetapi, angka CPI Indonesia terus berfluktuasi sejak 2019 hingga saat ini.
Secara ekonomi, Faisal meramalkan pendapatan Indonesia akan disusul oleh Filipina dan Vietnam pada 2025-2026. Pendapatan yang dimaksud adalah Pendapatan Kotor Nasional atau GNI.