Jumlah korban jiwa gempa Turki semakin bertambah hingga hampir mencapai 10 ribu orang. Total sudah ada 9.600 orang yang meninggal akibat gempa magnitudo 7.8 melanda wilayah selatan Turki pada Senin (6/2).
Angka tersebut terdiri dari 7.100 korban di Turki dan 2.500 orang di Suriah. Saat ini tim penyelemat masih berusaha mencari korban yang tertimpa puing-puing bangunan.
Tantangan dalam pencarian terjadi di Suriah, negara yang masih dilanda konflik. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut upaya penyelamatan berpacu dengan waktu.
"Jumlah (korban) diperkirakan meningkat secara signifikan karena keberadaan ratusan keluarga di bawah reruntuhan lebih dari 50 jam setelah gempa," bunyi pernyataan resmi layanan keselamatan Suriah seperti dikutip dari Reuters, Rabu (8/2).
Gempa ini juga menjadi tantangan pemerintahan Presiden Turki, Recep tayyip Erdogan. Sebagai informasi, gempa ini merupakan yang paling mematikan sejak 1999.
Erdogan juga telah menetapkan 10 provinsi dalam situasi darurat. Sang Presiden juga telah mengunjungi Kahramanras untuk memantau proses penyelamatan korban gempa di wilayah tersebut.
Meski demikian, warga terdampak mulai menunjukkan kemarahan karena bantuan tak kunjung tiba. "Di mana tenda dan truk makanannya," kata warga Antakya yang bernama Melek (64).
Otoritas setempat mengatakan 13,5 juta orang yang berada di daerah Adana hingga Dyarbakir sejauh 450 kilometer sudah terdampak gempa. Guncangan juga terasa hingga kota Hama di Suriah yang berada 100 kilometer dari pusat gempa.
Dua WNI Meninggal
Gempa ini juga membuat seorang warga negara Indonesia (WNI) asal Bali bernama Nia Marlinda meninggal. Nia bersama anaknya tertimbun reruntuhan bangunan dan telah dimakamkan di Kahramanmaras.
Sedangkan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Ankara telah menyampaikan kabar duka tersebut kepada keluarga Nia di Indonesia. "Atase Pertahanan RI yang memimpin Tim Evakuasi ke Kahramanmaras telah memastikan pemulasaran almarhumah," kata Dita Besar RI untuk Turki, Lalu M. Iqbal pada Rabu (8/2) dikutip dari Antara.
Tim dari KBRI saat ini sudah mengevakuasi 123 orang dari sejumlah titik terdekat gempa. Namun, ada dua pekerja migran yang berada di Dyarbakir hingga saat ini belum ditemukan.