Kemenkes Gelontorkan Rp 1,3 T Beli Alat Ukur Berat dan Tinggi Bayi

ANTARA FOTO/Adeng Bustomi/rwa.
Kader Posyandu dari Dinas Kesehatan Ciamis menimbang berat badan anak saat sosialisasi protein hewani cegah stunting pada pelaksanan Pos Pelayanan Terpadu (posyandu) Delima di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Kamis (26/1/2023).
9/2/2023, 16.05 WIB

Kementerian Kesehatan atau Kemenkes telah mengalokasikan anggaran sekitar Rp 14 triliun pada tahun ini yang berhubungan dengan target penurunan kondisi kurang gizi kronis atau stunting. Dalam anggaran tersebut ada beberapa program yang bernilai tinggi.

Program dengan anggaran terbesar pada tahun ini adalah pembelian 131.618 paket Antropometri senilai Rp 1,34 triliun dalam bentuk Dana Alokasi Khusus atau DAK Fisik.

Sebagai informasi, Antropometri adalah alat pengukur tinggi dan berat badan anak yang terintegrasi. Artinya, rata-rata harga Antropometri yang akan dibeli oleh pemerintah daerah mencapai Rp 10,19 juta per unit.

"Kami akan melengkapi semua Antropometri di semua Posyandu. Rencana kami menaikkan dari tadinya sekitar 60.000 unit, kami selesaikan tahun ini menjadi sekitar 200.000 unit," kata Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dalam rapat kerja bersama Komisi IX DPR, Kamis (9/2).

Dari laman resmi Kemenkes, jumlah Posyandu di dalam negeri mencapai 303.416 unit, sementara itu Antropometri yang dibutuhkan adalah 313.737 unit. Budi mengatakan Presiden Joko Widodo telah menargetkan pihaknya untuk menyelesaikan target pengadaan tersebut tahun ini.

Jokowi juga mengimbau Kemenkes untuk menambah pembelian Antropometri sekitar 100.000 unit hingga akhir 2023. Berdasarkan anggaran pembelian Antropometri awal 2023, tambahan anggaran yang dibutuhkan Kemenkes mencapai Rp 1,12 triliun.

"Kami sedang mencari tambahan supaya jumlah Antropometri bisa menjadi 300.000 unit tahun ini seperti pernyataan presiden," kata Budi.

Program lainnya adalah pemberian makanan tambahan berbahan pangan lokal. Alokasi anggaran untuk program tersebut mencapai Rp 1,23 triliun.

Secara rinci, program makanan tambahan dengan pangan lokal tersebut merupakan bagian dari DAK Nonfisik tahun ini senilai Rp 3,5 triliun. Budi menilai anggaran tersebut dapat digunakan pemerintah daerah sebagai kampanye stunting dengan memberikan makanan bergizi.

Budi mengatakan makanan bergizi menjadi kunci untuk mencegah stunting pada bayi berusia 6-24 bulan. Hal tersebut penting lantaran konsumsi ASI sudah tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi pada usia tersebut.

Budi menekankan makanan bergizi yang dimaksud adalah protein hewani. "Antara itu telur ayam, susu sapi, ikan, daging ayam, atau daging sapi," ujar Budi.

Program dengan anggaran tinggi lainnya tahun ini adalah pengadaan 1.865 unit Ultrasonografi atau USG dua dimensi. Alokasi anggaran yang disiapkan mencapai Rp 268,7 miliar melalui DAK Fisik.

Artinya, rata-rata USG yang dibeli mencapai Rp 144,07 juta per unit. Untuk diketahui, USG adalah alat pengambil gambar bagian tubuh tertentu dengan gelombang suara frekuensi tinggi. Alat tersebut digunakan untuk mengetahui kondisi bayi dalam kandungan.

Kemenkes mendata total kebutuhan USG di dalam negeri mencapai 10.321 unit agar seluruh Puskesmas di dalam negeri memiliki satu unit USG. Hingga 2022, baru 6.886 Puskesmas yang memiliki mesin USG.Pemerintah menargetkan seluruh Puskesmas memiliki mesin USG pada 2024.

Selain bayi berumur 6-24 bulan, Budi mengatakan bayi dalam kandungan merupakan titik penting untuk mencegah stunting. Kehadiran alat USG dinilai dapat membantu pemerintah untuk melakukan intervensi pada ibu hamil jika diperlukan.

Reporter: Andi M. Arief