Partisipasi tenaga kerja perempuan dalam angkatan kerja dinilai mampu memberikan dampak besar bagi perekonomian suatu negara. Bonus demografi usia produktif menjadi kesempatan Indonesia dalam memanfaatkan peran perempuan dalam mendorong perekonomian ke depan.
Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor-Leste, Satu Kahkonen menyampaikan, pandemi Covid-19 telah memperburuk kesenjangan gender tenaga kerja. Hal tersebut diikuti dengan hilangnya pekerjaan, matinya sebagian bisnis di sektor tertentu, hingga kondisi tenaga kerja yang tidak memperoleh upah.
Sementara itu, kondisi ekonomi Indonesia masih tetap bertumbuh di tengah gencatan dampak pandemi Covid-19, termasuk dalam menciptakan kesempatan kerja. Sayangnya, tingkat partisipasi perempuan dalam angkatan kerja masih tertinggal di antara negara-negara tetangga.
Padahal, peran tenaga kerja perempuan mampu mendorong kinerja bisnis perusahaan lebih positif. Untuk itu, Satu menyampaikan lima hal kunci yang bisa diterapkan pemerintah dalam mendorong peran tenaga kerja perempuan, di antaranya:
- Pentingnya berinvestasi pada layanan pengasuhan anak yang berkualitas, terjangkau, sehingga perempuan dimungkinkan untuk konsentrasi bekerja.
- Pilihan modalitas kerja fleksibel, misalnya kombinasi bekerja dari rumah atau WFH dan bekerja dari kantor atau WFO, tanpa mengurangi produktivitas kerja.
- Perlunya memberikan pendampingan dan pelatihan untuk pekerja dan pengusaha perempuan, dengan tujuan untuk menciptakan generasi pemimpin perempuan di masa depan.
- Pentingnya memperluas penerapan kebijakan cuti untuk ibu melahirkan dan cuti berbayar bagi para suami, untuk mendampingi istri setelah melahirkan.
- Mendorong keterwakilan perempuan pada posisi kepemimpinan dalam bisnis.
"Keberagaman gender bisa meningkatkan performa bisnis. Berdasarkan survei, 77% perusahaan setuju keragaman gender bantu meningkatkan bisnis perusahaan," kata Satu dalam sambutan di seminar bertajuk Memperkuat Ekosistem untuk Pekerja Perempuan: Kebijakan Lingkungan Kerja yang Inklusif," Kamis (16/2).
Hal serupa diakui Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang yang menyatakan peran perempuan penting dalam memastikan kemakmuran di lini bangsa. Indonesia memiliki berkah populasi, di mana 52% masyarakat berada di usia produktif hingga 2030, dengan rentang usia 15 tahun hingga 60 tahun.
"Kami lihat, ini akan terus naik dan mencapai punyaknya di 2035 dengan 68% populasi berada di usia kerja produktif," kata Agus Gumiwang dalam acara yang sama.
Selain itu, Agus juga mengungkapkan sekitar 2/3 perempuan berada di usia kerja dan memiliki jenjang pendidikan tinggi. Namun, hanya 55,9% yang masuk dalam lingkup tenaga kerja produktif, sedangkan 81,8% tenaga kerja perempuan di sektor informal.
Menperin juga mengungkapkan bahwa indeks kesenjangan global 2022 menunjukkan bahwa peringkat kesenjangan Indonesia berada di peringkat 92 dari 146 negara. Berkaca dari kondisi tersebut, pemerintah berkomitmen untuk mendorong ekosistem dan pemberdayaan perempuan.
"Penting untuk mengambil langkah strategis dalam mengambil tujuan ini, apalagi ini bagian dari SDGs poin kelima, terkait keseteraan gender dan pemberdayaan perempuan," ujar Agus.
Terkait upaya mendorong partisipasi perempuan dalam tenaga kerja, pemerintah menyiapkan beberapa strategi, pertama dengan memfasilitasi perawatan dan penitipan anak dalam lingkungan tempat tinggal tenaga kerja.
Pemerintah juga menyadari bahwa tenaga kerja perempuan masih kesulitan untuk memprioritaskan pekerjaan dan membagi peran dengan peran dalam rumah tangga. Untuk itu, pentingnya peran industri untuk mulai menerapkan strategi progresif dalam memberdayakan perempuan.
Selanjutnya, pemerintah juga menyadari bahwa perempuan memiliki keterampilan tertentu dibandingkan laki-laki, sehingga memiliki manfaat lebih dalam mendorong kinerja bisnis perusahaan. Dengan begitu, pemerintah juga mendorong partisipasi perempuan dalam angkatan kerja dan kerja sama dengan sektor swasta.
"Kami memberikan kesempatan pendidikan dalam hal teknis, sains, hingga akses webminar dan pelatihan internet, termasuk ioT," ujarnya.