Kasus penganiayaan yang dilakukan Mario Dandy Satrio terhadap anak berusia 17 tahun berinisial D menjadi sorotan publik. Kasus menjadi ramai karena anak mantan pejabat Direktorat Jenderal Pajak itu membuat D yang merupakan anak pengurus GP Ansor itu koma.
Kasus penganiayaan yang dilakukan Mario ramai dirisak warganet di media sosial. Apalagi setelah sebuah cuitan ditanggapi oleh staf khusus Menteri Keuangan Yustinus Prastowo. Dalam cuitannya Yustinus mengatakan mendoakan kesembuhan untuk David dan berharap proses hukum dapat berjalan.
Bagaimana sebenarnya kasus penganiayaan yang dilakukan Mario terhadap korban anak D? Berikut sejumlah hal yang telah disarikan
1. Ihwal penganiayaan
Ramai diberitakan di media sosial, Mario disebut-sebut menemui David bersama 4 orang lainnya. Mereka datang menaiki mobil Jeep Rubicon bernopol B-120-DEN. Penganiayaan yang dilakukan menyebabkan korban mengalami koma.
Berdasarkan penelusuran tim Polres Metro Jakarta Selatan diketahui penganiayaan berlangsung di kawasan Ulujami, Pesanggrahan Jakarta Selatan. Penganiayaan terjadi pada Senin (20/2) sekitar pukul 20.30 WIB.
2. Mario Jadi Tersangka
Setelah melakukan penelurusan perkara, Polres Jakarta Selatan telah menangkap Mario. Anak pejabat Ditjen Pajak itu telah ditahan dan ditetapkan sebagai tersangka.
Kapolres Metro Jakarta Selatan Kombes Pol Ade Ary Syam Indradi mengatakan atas kejadian tersebut, pihak Kepolisian telah meminta keterangan lebih lanjut kepada lima orang saksi yakni SL, R, M, AGH, dan paman korban. Kemudian juga telah diamankan sejumlah barang bukti seperti dua telepon genggam, sepasang sepatu milik tersangka, pakaian korban, dan satu kendaraan mobil bermerek Rubicon berikut pelat nomor polisi serta STNK.
Tersangka MDS disangkakan pasal 76c Juncto Pasal 80 UU Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas UU RI Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dengan ancaman pidana maksimal lima tahun subsider dan Pasal 351 ayat 2 tentang Penganiayaan Berat dengan ancaman pidana maksimal lima tahun.
3. Ganti Pelat Nomor
Polres Metro Jakarta Selatan mengungkap pelat nomor polisi mobil yang dibawa tersangka Mario sempat diubah dan tak sesuai izin.Pelat nomor polisi mobil merek Rubicon ini semula menggunakan B 120 DEN, padahal aslinya menggunakan nomor B 2571 PBP.
"Barang bukti tidak hilang, saat ini kami mendalami pelat nomor yang tidak sesuai peruntukan," kata Kapolres Metro Jakarta Selatan Kombes Pol Ade Ary Syam Indradi saat konferensi pers, di Jakarta, Rabu.
Ary menambahkan pihaknya menemukan pelat nomor yang asli berada di dalam mobil. Poisi masih melakukan cek fisik yang dilakukan melalui petugas Satuan Lalu Lintas (Satlantas). Selain itu kepolisian juga mendalami bukti pajak kendaraan mobil yang ternyata bukan kepemilikan atas nama MDS kepada instansi-instansi terkait.
4. Motif Penganiayaan
Mengenai motif kekerasan terhadap anak yang dilakukan tersangka, Ary menyebutkan adanya unsur emosional. Mario disebut menjadi emosi usai mendengar informasi dari teman wanitanya yang berusia 15 tahun berinisial A. Korban D sendiri disebut-sebut sebelumnya pernah dekat dengan A.
"A mengalami suatu perbuatan tidak baik sehingga tersangka melampiaskan amarah kepada korban mulai dari memukul hingga menendang," ujar Ary.
5. Masih dirawat
Menurut Ary, D yang menjadi korban penganiayaan belum bisa dimintai keterangan karena masih menjalani perawatan di rumah sakit Medika Permata Hijau.
"Dicek terakhir jam 11.50 WIB oleh penyidik, korban sedang ditangani oleh petugas medis di RS Medika Permata Hijau," ujar Ary.
6. Persoalan Kekayaan
Kasus penganiayan yang dialami David mendapat sorotan lainnya karena Mario yang dinilai mendapat fasilitas kendaraan mewah oleh orang tuanya. Di akun media sosial miliknya Mario juga beberapa kali mengunggah video mengendarai motor besar Harley Davidson.
Berdasarkan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN), Rafael Alun yang menjadi ayah Mario memiliki kekayaan Rp 56 miliar pada 31 Desember 2021. Namun, kendaraan mewah seperti Rubicon dan Harley Davidson yang digunakan Mario tidak tercantum dalam harta yang dilaporkan.
Direktur Jenderal Pajak Suryo Utomo mendukung penanganan hukum secara konsisten oleh instansi berwenang. Suryo turut mengecam gaya hidup mewah dan sikap pamer harta dalam jajarannya.
Gaya hidup mewah tersebut tidak cocok dengan nilai-nilai organisasi dan dapat menggerus kepercayaan masyarakat terhadap institusi pemerintah, khususnya DJP. Terkait aduan masyarakat tentang harta kekayaan pegawai bersangkutan yang belum dilaporkan, DJP memastikan akan melakukan pendalaman sesuai ketentuan yang berlaku.
“Saat ini unit kepatuhan internal DJP yakni Direktorat Kepatuhan Internal dan Transformasi Sumber Daya Aparatur (KITSDA) bekerja sama dengan Inspektorat Jenderal Kemenkeu sedang memanggil pegawai tersebut dalam rangka pemeriksaan," tutur Suryo.
7. Kemenkeu Panggil Pejabat Pajak
Inspektorat Jenderal Kemenkeu akan memeriksa ayah Mario. Juru Bicara Kementerian Keuangan Yustinus Prastowo mengatakan Inspektorat Jenderal Kemenkeu bekerja sama dengan unit kepatuhan internal Direktorat Jenderal Pajak sedang melakukan proses pemanggilan.
Ia mengatakan pihaknya telah memiliki mekanisme dalam upaya pencegahan dan deteksi terhadap pelanggaran integritas pegawai di lingkungan Kemenkeu. Salah satu caranya adalah melalui analisis dan pemeriksaan terhadap Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) dan Aplikasi Laporan Perpajakan dan Harta Kekayaan (ALPHA).
8. Sri Mulyani Kecam Perilaku Mewah
Berdasarkan catatan LHKPN pada 2021, Rafel tercatat memiliki kekayaan mencapai lebih dari Rp 56,1 miliar. Harta kekayaannya hanya terpaut lebih rendah Rp 2 miliar dibandingkan harta Menteri Keuangan Sri Mulyani serta nyaris empat kali lipat dibandingkan harta bosnya sendiri, Dirjen Pajak Suryo Utomo.
Kekayaan jumbo ini turut menjadi sorotan langsung dari Menkeu Sri Mulyani. Menurut Sri, Kemenkeu mengecam gaya hidup mewah dan sikap pamer harta yang dilakukan oleh keluarga jajaran Kemenkeu.
“{gaya hidup mewah) menimbulkan erosi kepercayaan terhadap integritas Kemenkeu dan menciptakan reputasi negatif terhadap seluruh jajaran Kemenkeu yang telah dan terus bekerja secara jujur, bersih, dan profesional," kata Sri Mulyani dalam unggahan di akun instagram pribadinya @smindrawati.
Bendahara negara itu juga mengatakan, kantornya mengecam tindakan kekerasan dan penganiayaan yang dilakukan pelaku. Ia mendukung penanganan hukum secara konsisten oleh instansi yang berwenang.