Beras Panen Sudah Masuk Pasar, tapi Harga Masih Tinggi Akibat Cuaca

ANTARA FOTO/Syaiful Arif.
Pedagang menyortir beras di Pasar Citra Niaga Jombang, Jawa Timur, Rabu (8/2/2023). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat angka inflasi year on year pada Januari 2023 terhadap Januari 2022 sebesar 5,28 persen yang disumbang oleh beberapa komoditas utama diantaranya beras, cabai merah, ikan segar, dan cabai rawit.
Penulis: Nadya Zahira
25/2/2023, 10.52 WIB

Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras Indonesia atau Perpadi sebelumnya telah menyatakan bahwa panen raya akan dimulai pada awal Maret 2023. Ketua Umum Koperasi Pasar Beras Induk Cipinang, H. Zulkifli Rasyid mengatakan saat ini beras panen dalam negeri mulai memasuki Pasar Beras Induk Cipinang.

Namun, Zulkifli menyayangkan lantaran kualitas dari beras panen tersebut kurang bagus seperti kadar airnya yang tinggi mencapai 17%, akibat buruknya cuaca.

“Beras panen sudah mulai masuk pada minggu ini, tapi dengan catatan yang pertama kualitasnya kurang bagus karena kadar airnya tinggi, sampai 17 persen. Selain itu saya menyayangkan karena harganya pun juga masih tinggi,” ujar Zulkifli kepada Katadata.co.id, saat ditemui di Pasar Beras Induk Cipinang, Jumat (24/2). 

Zulkifli mengatakan, akibat kondisi cuaca yang buruk hingga saat ini, membuat beras panen dalam negeri tidak dapat digarap dengan jumlah yang besar. Sehingga para petani mengaku kewalahan untuk.menjemur hasil panen yang sering terkena air hujan.

"Karena cuaca juga terus buruk, sehingga membuat stok beras panen di pasaran belum banyak, dan kualitasnya juga jadi jelek," ujarnya.

Namun demikian, dia meyakini bahwa beras panen jumlahnya akan melonjak signifikan pada akhir bulan Maret 2023 mendatang. Dengan begitu diharapkan harga beras yang terus merangkak naik saat ini bisa perlahan turun.

“Cuaca yang tidak menentu seat ini sangat menghalangi masa panen. Karena apa? Kalau cuacanya hujan terus begini, maka kita tidak bisa jemur. Walaupun beberapa pabrik besar mempunyai oven untuk mengeringkan padi, tapi itu tidak sebagus hasil padi yang dikeringkan dengan terik matahari. Jadi hal itu mendorong panen jadi terhambat,” ungkapannya. 

Sementara itu, Zulkifli mengatakan kuantitas beras yang terbatas serta distribusi yang terhambat berimbas pada mahalnya beras panen di pasaran. Pasalnya, dia mengungkapkan harga beras panen saat ini rata-rata dijual diatas harga eceran tertinggi atau HET pemerintah.

“Jadi harga beras panen belum bisa kembali ke harga seperti semula, yakni di bawah HET yang ditetapkan oleh pemerintah. Untuk kuantitas juga belum banyak,” ujarnya.

Sebelumnya, Ketua Umum Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras Indonesia atau Perpadi, Sutarto Alimoeso, mengatakan panen raya akan berlangsung antara Maret hingga April 2023.

"Pada dasarnya memang sekitar bulan itu, justru kalau lihat situasi dengan lanina itu waktu panen bisa sedikit lebih maju jika dibandingkan dengan yang biasanya," ujar Sutarto, kepada Katadata.co.id, pada Kamis (9/2).

Sutarto mengungkapkan, bahwa sejumlah petani di beberapa daerah sudah ada yang mulai panen di bulan Februari seperti di Sragen, Demak, Lamongan, Ngawi, dan Karawang. Namun, dia menegaskan panen raya tetap terjadi di bulan Maret hingga April 2023.

"Setelah Lamongan dan Ngawi yang mulai panen, nanti biasanya disusul oleh Bojonegoro yang akan mulai panen, lalu Madiun. Jadi ini panennya mulai dari sedikit-sedikit dulu, baru puncaknya sekitar Maret-April," ujarnya.

Dia juga menyebutkan untuk sejumlah daerah yang akan pertama kali mulai melakukan panen raya yaitu di Provinsi Jawa Barat terdapat Subang Atas, lalu setelahnya ada Karawang, Cirebon, hingga Pamanukan. Sementara untuk Provinsi Jawa Tengah, panen raya pertama kali akan dimulai dari Kota Demak Pantai Utara, kemudian disusul Pantai Selatan. 

United States Department of Agriculture atau USDA memproyeksikan produksi beras global mencapai 503,27 juta metrik ton MT pada musim 2022/2023, turun 11,78 juta MT atau 2,29% dari musim 2021/2022. 

Pada musim ini, Tiongkok menjadi negara penghasil beras terbesar, yaitu 147 juta MT.  Adapun Indonesia menjadi produsen beras terbesar keempat di dunia, sekaligus nomor satu di Asia Tenggara dengan estimasi produksi 34,6 juta MT pad musim 2022/2023.

Reporter: Nadya Zahira