Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia atau HIMKI menyatakan bahwa permintaan ekspor furnitur turun signifikan terutama pada kuartal IV-2022. Senada dengan itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan pertumbuhan ekspor furnitur Indonesia saat ini kalah dari Vietnam.
"Ekspor furnitur RI kita masih jauh dari target tahun 2024, yang ditargetkan bisa mencapai hingga US$ 5 miliar," ujar Airlangga dalam acara pameran Indonesia Internasional Furniture Expo atau IFEX 2023, di Jakarta, Kamis (9/3).
Airlangga mengatakan, peningkatan kinerja ekspor furnitur di Indonesia harus terus didorong. Hal tersebut dilakukan agar pertumbuhan ekspor furnitur bisa mencapai target yang sebesar US$ 5 miliar.
Selain itu, dia mengatakan bahwa produk furnitur Indonesia masih terhambat ekspor ke Uni Eropa karena persyaratan bahan baku yang ketat. Uni Eropa memiliki syarat mengenai asal bahan baku produk furnitur. "Mereka tidak mau dari hutan ilegal,” ujarnya.
Persoalan hambatan bahan baku secara umum juga dikeluhkan pengusaha di industri furnitur. Hal ini yang menyebabkan pertumbuhan industri furnitu mengalami penurunan.
"Kurangnya jumlah bahan baku yang tersedia di dalam negeri dikeluhkan baik pengusaha besar maupun UMKM," kata Airlangga.
Lebih lanjut, dia menyampaikan bahwa terdapat hambatan lainnya selain bahan baku, yakni terkait Sistem Verifikasi dan Legalitas Kayu (SVLK). Airlangga meminta kepada Menteri Perindustrian tidak membebankan SVLK kepada pengusaha, melainkan kepada Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan atau KLHK.
Airlangga mendapatkan laporan dari pengusaha bahwa beban SVLK membuat industri furniture dalam negeri menjadi menurun dan kalah dari industri Mebel Vietnam dan China. "Jadi SVLK itu jangan sampai membebani pengusaha. Saya minta Menteri Perindustrian yang memfasilitasi,” ujarnya.
Upaya lain yang harus dilakukan untuk meningkatkan permintaan ekspor furnitur yakni, terkait dengan perluasan pasar ekspor. Nantinya yang akan memfasilitasi pembiayaan ekspor adalah Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia arau LPEI.
"Jadi kalau ini seluruhnya dikonsentrasikan, diharapkan bisa mendorong ekspor," katanya.
Dia juga mengatakan, bahwa Indonesia harus mencontoh Vietnam. Ini karena negara tersebut juga tidak memiliki bahan baku, namun nilai ekspor furniturnya bisa mencapai US$ 18 miliar.
"Larena dari segi keahlian kita lebih unggul. Apalagi dari segi ketersediaan bahan baku kita pun ada, SDM pun kita siap," kata Airlangga.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) sampai akhir kuartal III tahun ini volume ekspor industri furnitur Indonesia memang melemah. Selama periode Januari-September 2022, volume ekspornya mencapai 486,03 ribu ton, berkurang 4,49% dibanding Januari-September tahun lalu (year-on-year/yoy).
Namun, nilai ekspor industri furnitur justru meningkat 7,05% (yoy) menjadi US$2,19 miliar selama periode Januari-September 2022.