Kemenkes dan Bicara Udara Susun Kajian Dampak Polusi ke Penyakit Paru
Kementerian Kesehatan berkolaborasi dengan Yayasan Bicara Udara dan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia menyusun kajian soal pencegahan polusi udara perkotaan di Indonesia.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan kajian ini berangkat dari signifikansi persentase polusi udara sebagai risiko penyakit paru. Ia menyebut angkanya sebesar 15%-30%. Adapun faktor risiko lainnya adalah riwayat merokok, infeksi berulang, dan genetik.
“Upaya-upaya dilakukan dengan melibatkan lintas sektor. Karena ini permasalahan lingkungan dan kita ada di dalamnya, ini harus diatasi bersama-sama,” ucap Budi dalam keterangan resmi.
Berdasarkan data Global Burden Disease 2019, empat di antara 10 penyakit di Indonesia dengan kasus terbanyak adalah penyakit pernapasan. Perhitungan ini diukur per 100.000 penduduk di Indonesia.
Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) memiliki 145 kejadian dengan 78,3 ribu kematian. PPOK merupakan radang paru-paru yang berlansung dalam jangka panjang. Gejalanya ditandai dengan kesulitan bernapas, batuk berdahak, dan sesak napas.
Selain itu, terdapat pneunomia atau paru-paru basah sebesar 5.900 kejadian dengan 52,5 ribu kematian. Penyakit ini adalah peradangan paru-paru yang disebabkan oleh infeksi. Lalu asma atau sesak napas akut 504 kejadian (27,6 ribu kematian) dan kanker paru 18 kejadian (28,6 ribu kematian).
Berdasarkan data World Health Organization (WHO), tiga penyakit pernapasan masuk ke dalam 10 penyakt penyebab kematian tertinggi.
Faktor risiko polusi udara pun berpengaruh signifikan pada penyakit pernapasan. PPOK sebesar 36,6%, pneunomia 32%, asma 27,9%, kanker paru 12,5%, dan tuberkulosis 12,2%.
“Polusi udara terbukti menimbulkan masalah respirasi dan pernapasan,” Kata Ketua Perhimpunan Dokter Paru Agus Dwi Susanto.
Kondisi ini mempengaruhi besarnya anggaran penyakit respirasi pada Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. Berdasarkan data BPJS Kesehatan periode 2018-2022, pneumonia menelan biaya sebesar Rp 8,7 triliun, TBC Rp 5,2 triliun, PPOK Rp 1,8 triliun, asma Rp 1,4 triliun, dan kanker paru Rp 766 miliar.
Agus menyebutkan pemerintah dan masyarakat perlu bekerja sama. “Upaya pencegahan dengan menurunkan polusi udara harus dilakukan semua pihak sehingga kasus respirasi dapat dikurangi,” ucap Agus.
Tak hanya itu, Agus mengimbau pemerintah dan masyarakat untuk memahami kualitas udara yang baik untuk menjaga kesehatan paru.
Co-Founder Bicara Udara Novita Natalia melihat persoalan polusi udara merupakan panggilan bagi seluruh pihak untuk meningkatkan kesadaran pentingnya udara bersih.
Novita menceritakan upayanya dalam mengajak seluruh pihak untuk menyuarakan hak atas udara bersih. “Bicara Udara juga terus berupaya mempengaruhi kebijakan dan penegakan udara bersih di Indonesia,” kata Novita.