Kepercayaan Publik Naik, Jokowi Dinilai Jadi King Maker Pemilu 2024

Instagram Prabowo Subianto
Presiden Joko Widodo berbincang dengan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto
Penulis: Ade Rosman
Editor: Yuliawati
11/4/2023, 16.49 WIB

Beberapa survei menunjukkan tingkat kepercayaan publik terhadap kinerja Presiden Joko Widodo atau Jokowi meningkat. Terbaru, Lembaga Survei Indonesia (LSI) mencatat tingkat kepuasan terhadap kinerja Presiden Jokowi mencapai 76,8 persen, dari hasil survei pada 31 Maret - 4 April 2023.

Direktur Eksekutif LSI Djayadi Hanan menilai tingkat kepuasan yang tinggi dari masyarakat, membuat Jokowi berpotensi menjadi 'king maker' dalam Pemilu 2024. King maker adalah sebutan bagi orang atau kelompok yang memiliki kekuatan besar memunculkan kandidat yang memenangi pemilu.

"Tingkat kepuasan terhadap Jokowi berpengaruh pada kemampuan Jokowi memberikan endorsement kepada capres yang dia dukung," kata Djayadi saat dihubungi Katadata.co.id, Selasa (11/3).

Selain LSI, Litbang Kompas mencatat sebanyak 69,3 persen responden memilih puas terhadap kinerja pemerintahan Jokowi. Survei melalui wawancara tatap muka pada 25 Januari-4 Februari 2023 dengan 1.202 responden dipilih secara acak menggunakan metode pencuplikan sistematis bertingkat di 38 provinsi di Indonesia.

Angka tingkat kepuasan terhadap pemerintahan Jokowi itu naik dari survei Litbang Kompas sebelumnya. Pada periode Oktober 2022, angka kepuasan terhadap pemerintahan Jokowi sebesar 62,1%, sedangkan yang tidak puas 37,9%.

Djayadi menilai pemilih yang puas terhadap tokoh yang didukungnya cenderung akan memilih calon yang dianggap sejalan atau senapas dengan tokoh tersebut. "Sekarang ini yang dianggap sejalan dengan Jokowi, dari tiga nama teratas adalah Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto," kata dia. 

Ganjar dan Prabowo menjadi dua tokoh yang mendapatkan keuntungan dari tingginya kepuasan terhadap kinerja Jokowi. "Baik Ganjar maupun Prabowo beberapa bulan ke belakang lebih banyak di-endorse oleh Jokowi," kata Djayadi.

Jokowi bersama Prabowo Subianto dan Muhaimin Iskandar dalam kegiatan silaturahmi di kantor DPP PAN, Minggu (2/4). (Youtube PAN TV)

Selain faktor tingkat kepuasan publik, Djayadi menilai terdapat dua faktor lainnya yang menjadikan Jokowi sebagai sosok king maker yang memiliki kekuatan menentukan Pemilu 2024.

Pertama, posisinya sebagai presiden yang memiliki kontrol terhadap semua aparat negara, kekuasaan, dan berbagai sumber daya politik lainnya.

Kedua, Jokowi terus memelihara dan mengkonsolidasikan relawan-relawannya, yang berfungsi menjaga agar para pendukung dan pemilih Jokowi di pemilu 2019 lalu tetap solid.

"Dengan tiga faktor tersebut: tingkat kepuasan yang tinggi, posisi sebagai presiden yang masih menjabat, dan memiliki kekuatan pendukung yang solid, maka itu membuat partai-partai yang punya tiket pencalonan, mau tidak mau harus mendengarkan atau memperhitungkan Jokowi sebagai King Maker," katanya.

Djayadi menegaskan hingga masa pendaftaran capres dimulai Oktober 2023 nanti, kans Jokowi untuk menentukan kans capres-cawapres tetap terbuka. Apalagi partai-partai politik kini belum menentukan calonnya.

Pandangan serupa disampaikan Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting Pangi Syarwi Chaniago. Dia menyatakan Jokowi masih kuat dan punya kemampuan untuk menjadi king maker. Bahkan, Jokowi berpotensi menggeser pengaruh Megawati dalam mendesain dan merancang capres.

Pengaruh kuat Jokowi masih terasa bila melihat situasi satu tahun menjelang berakhir masa jabatannya. Jokowi masih berpengaruh bagi partai koalisi pengusung hingga relawannya.

"Biasanya tuh kalau presiden di periode kedua, satu tahun menjelang lengser sudah ditinggalkan partai politik, dianggap masa lalu, atau biasa dikenal dengan kutukan periode kedua, tapi Jokowi seperti tidak kena pasal kutukan ini," kata Pangi, saat dihubungi, Selasa (11/3).

Pangi mengatakan Jokowi pun terlihat bersemangat untuk menjadi penentu dalam Pemilu 2024. Hal ini terlihat dengan sosoknya yang sering mengendorse capres pada akhir periode kedua masa jabatannya.

"Nampaknya presiden Jokowi masih tetap grasak-grusuk melakukan itu agar mungkin beliau ingin punya saham dalam pemenangan presiden berikutnya, yang menentukan presiden berkuasa setelah beliau tak lagi berkuasa," katanya.

Reporter: Ade Rosman